Wednesday 20 May 2009

Agacer

Diam!!!
Itu yang diteriakkan.
Tidak boleh ada yang bicara.
Semua bungkam, bisu mendadak.
Hak-haknya dirampas secara paksa.
Dibabi buta oleh mereka yang meraja.
Semua diam tak bicara.
Ingin berontak, tapi senapan merangkak di kepala.
Busuk,
biadab.
Semua pura-pura, menarik hati sang pemuja.
Tapi, kenyataan berkata tak serupa.
Monyet-monyet itu kini tertawa,
dia bebas berkuasa………..

Tranquille

Ada sepi yang rutin mengguncang tiap celah nafas ini.
Aku harap itu hanya sekejap, tapi ternyata salah.
Seperti kemarin kubaca segumpal cinta yang rapuh.
Cinta yang masih utuh tanpa luka.
Ku kembali pada urat nadi yang telah koyak.
Coba berdiri pada ujung sebuah harap.
Hingga aku menunggu dengan lelah.
Hingga aku bosan.
Tapi inilah suatu garis cinta.
Lewat hormon kasih sayang yang setia mengalir.
Ku coba letakkan dahaga ini pada hatimu.
Hingga kau datang, untuk kembali aku sayangi…

punch d'fight

Ini sebuah awal peraduanku pada sosokmu,
Bukan untuk berlama-lama menanti percaya,
Bukan juga untuk benturkan bingung yang merupa,
Tapi hanya ujung harap yang bergerak cepat,
Untuk selalu ada, selalu bisa, selalu mungkin untuk dibaca,
Oleh garis di bawah matamu………….

wanna be a *****

Ketakutan itu menggantung kuat dalam pikir
Aku masih berada di simpang kekhawatiran
Khawatir akan dirimu yang direbut keadaan
Aku melintasi sepi ini tanpa secuil tenang
Rasa sesal menghantuiku
Sesal karena tak bisa dapatkan keadaan itu, utuh
Apakah aku masih bisa berada dalam dekap cintamu
Meski sulit tegak berdiri dengan hati yang rapuh
Tapi yakinnya dirimu menguatkan aku
Karena aku begitu sadar,
Kita berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta…….

Lebih dari Konsekuensi Sebagai Orang Ber-Label "Miskin"

Apapunlah itu. yang pasti memberatkan otak manusia yang ogah berpikir keras. Banyak yang meragukan manusia berpenampilan minim, agak tak layak. "Minggir kamu, baju dekil, bau asap, tak pantas ada di panggung ini" Wahhh keras dan kasar. Lelaki tua, lusuh, bau tak sedap memang datang dari badan kurusnya. Tapi dia rakyat. Warga salah satu Negara yang sah. "Saya cuma mau liat Pak Menteri lewat depan gedung kok pak," kata-katanya sederhana dan biasa. Sungguh abnormal kelakuannya, hahahahaha, hanya mau lihat Pak Menteri datang ke kotanya, dia rela berjejalan diantara kerumun orang berbadan tegap, berbaju safari hitam, ditambah rentetan kumis yang cukup tebal, sambil membawa pentungan ala police. "Ahhh..saha sih maneh? Pak Menteri mah embung teuing ningali beungeut jiga maraneh kitu"
Damn!! Gila juga tuh body guard, rela caci maki kakek tua hanya demi Si Menteri yang datang dari ibu kota. "Oh, jadi saya ga boleh ya pak liat beliau?" Si Lusuh itu lagi-lagi menggoyang kumis sang body guard dengan rengekan tololnya. "Iya, si Pak Menteri ksini mau kunjungan ke Gedung Merdeka, udah lah ga usah pengen liat-liat sagala, sudah pergi sana!!" Sang empunya kumis tebal membentaknya dengan keras.
Ohhh Pak Tua, kakek berumur baya, malang nasibmu ada di kota ini. Kerjamu hanya tukang pungut sampah. Bajumu, ya tentu bau busuk beraroma sampah, dibuat goblok oleh Pak Menteri. Udara panas tak buatmu kecewa karena sulit melihat tampang garang Pak Menteri. Tapi, aku yakin, mulut dan otakmu tak sekotor sampah yang kau pungut. Emang sial tuh body guard. Dia berlindung dibalik pentungan dan safari hitamnya agar mampu ditakuti oleh jelata seperti pak tua. Lagi-lagi, beliau, Pak Tua, seorang manusia yang punya asasi di Negaranya, tapi diinjak haknya oleh si punya kuasa, hidupnya bertumpu pada corengan sampah kotor di sekitar pusat perbelanjaan. Padahal, sekali lagi, dia Rakyat!!
Dia miskin, tapi tak sedikit pun Si Menteri itu menolehkan kepalanya pada yang ber-merk "orang miskin". Kasihan. Tapi inilah kenyataan yang ada di Negara berpedoman pancasila, yang mengagungkan kemanusiaan yang adil dan beradab. Semua bohong, palsu..!!
Karena dia berbaju lusuh, tanpa gelar pendidikan, makanya dia dihina habis-habisan....sungguh Gila Negara ini..memelihara Pemimpin dan kroni-kroninya yang licik lagi buaya!!Rakuss...**

Monday 11 May 2009

Hari yang Penuh ?

? satu tanda menuai banyak makna.yaa...banyak sekali makna yang tertera pada tanya itu. meski semua manusia yang pernah sekolah mengetahui tanda itu sebagai tanda tanya, namun hanya sedikit yang puas akan maknanya.
? siapa yang mampu menjelaskan makna ini? siapa yang mampu mengatakan padaku arti dari tanda ini? karena aku pun semakin buram dengan tanda itu. tanda yang selalu membuatku menjadi manusia yang lemah akan popularitas diri. aku selalu mempertanyakan posisiku di dunia ini, walhasil aku menjadi orang yang selalu murung dan takut untuk bersahaja. ahhh...hampa saja menatap hari penuh tanda itu. yakinkan diri menjadi lemah sendiri. ingin ini dan itu, ingin sana dan sini, tanpa usaha, semua hanya nol kosong tanpa arti.
? apa yang bisa dikata oleh mereka tentang tanda ini? sempit kurasa, hampa kuhirup nafas tanpa henti berujung tanda itu....
?hari ini aku pun kembali menggunakan tanda itu untuk mengisi otak kosongku dengan hal-hal bermakna. tapi lagi dan lagi aku tak puas dan tak paham apa yang aku mau. karena setiap aku berusaha dan berharap, lagi dan lagi harap itu membelok dari mauku. oke, kembali aku pakai tanda itu.
? kenapa aku belum bisa gapai makna tanda itu. kenapa aku belum mampu puaskan hasratku untuk penuhi harapan itu. kosong saja. dan benar saja, ada orang yang tak ku kenal namun sering kudengar, bahwa "jalani saja hidupmu ini seperti air sungai yang mengalir, jalani saja"
? betapa tanda itu semakin kukejar, kuingin tahu apa artinya tanda itu? kenapa aku harus hidup dengan ikuti alur saja, apa aku tak berhak punya harap?
? hah...entahlah lagi dan lagi tak kuasa punya jawaban atas tanya tadi. aku hanya diam. aku hanya berusaha.berdoa.dan bersyukur. lagi dan lagi tanpa berani untuk banyak berharap. Tuhanku yang mampu jawab itu. ayo...jawab aku, hambamu ini....**

Sunday 29 March 2009

Berdoa untuk dia

Aq baru menyadari bahwa setiap kejadian pasti berujung hikmah yang menuai banyak barokah.

Allah sengaja mempertemukan aq dengan laki-laki terbaik yang Dia punya.

2 tahun aq diberi-Nya kesempatan untuk berbagi hati dan pikiran yang kemudian merubahku menjadi perempuan yang selalu bersyukur atas nikmat Allah.

Kepergian dia bukan petaka untukku, justru sebuah karunia yang Allah ciptakan.

Mahluk Allah itu berhasil menyadarkan aq pada dunia yang sebenarnya,

merubahku menjadi orang yang mampu berpikir tentang makna dan arti cinta

Juga, menyadarkan aq akan ridho dari Sang Kuasa yang berhak membolak-balikan hati manusia…

Allah maha segalanya…Aq berharap Dia mampu membalas kebaikan mahluknya itu yang telah bertugas dalam menyadarkan aq di waktu yang lalu..Amin..

Saturday 28 February 2009

Demam Orang Indon

Orang Malaysia sebut aq sebagai warga Indon...kata nesia dihilangkan. entah ejaan apa yang digunakan, padahal katanya Malaysia dan Indonesia masih serumpun dan masih ada jalinan saudara...hehehhehe...tapi masih aja suka saling senggol kuasa atas wilayah. banyak pulau yang "ga sengaja" termiliki oleh mereka dengan alasan perluasan laut ke wilayahnya. tau ga siy, ternyata itu akibat pengerukan pasir yang berlebihan, so lahan milik si Indon jadi berkurang...hufffhhhh, ksian ya si Indon..punya lahan luas tapi masih gampang dibodohin sama Negara yang berlahan mini.
Itu sih, cerita dikiiiitttt yang terselip dalam otakku ketika melihat peta dunia, eh ada Malaysia yang nyempil di kepulauan Indonesia, jadi deh aq kepikiran soal pulau2 si Indon yang ga sengaja beralih hak milik itu...hehehehe. Oia, aq punya sedikit unek2 nih tentang si Indon, Negaraku ini negara kaya, banyak mengahsilkan sumber daya baru dan bermultifungsi, punya banyak hutan, gunung, lautan luas, dan produksi orang2 pintar (sampe ada yang ke Jerman dan rela ninggalin Negara Indonesia saking pinternya orang itu..!!) tapi knapa ya kita ini seolah msih saja terjajah. pastinya bukan jajahan kasat mata yang berupa bentrok fisik dengan kolonial, saat ini aq dan Negaraku sedang dijajah oleh kolonial biadab melalui bentrokan budaya. gaya hidup orang Indon sengaja dimirip-miripkan dengan gaya hidup sang penguasa alias mister kapitalis.
Barang buatan Ujang Tasik, Mas Jowo, Bang Medan, sepertinya sangat sedikit diminati oleh kalangan anak muda. saat ini, yang bangga pake batik cuma sedikit, kalo pun banyak yang make batik itu karena trend yang dibentuk oleh (lagi-lagi) si empunya modal. kemudian, penyuka musik tradisional pun cukup sulit ditemui. ada yang melestarikan angklung, eh malah orang Bule, bukan orang Indon asli, wah gawat kan!!
Di Bali, yang ulet latihan tari kecak, si Bule-Bule juga...mmmmhhhh capeeee deh...Pa Presiden kumaha ieu??? Menteri yang ngurusin budaya Indonesia pada kemana sih?? ko kaya yang ga punya peduli ya dengan anak muda yang mulai lupa sama angklung dan tari kecak...Malah sekarang yang dikejar-kejar musik SETAN ala dugem kebarat-baratan..ooohhh kacawww!!
Bentar lagi nih, Pemilu digelar, ajang Pesta bagi sang empunya duit buat kampanye..hahahaha..Buat Rakyat jelata, hati2 dengan mereka, para politisi busuk yang berjuang demi menggembungkan kantung SETAN nya dengan raupan duit rakyat,,pilih anggota dewan yang cerdas, ga bodoh, ga picik, dan ga curang (tapi hari gini mana ada yang bersih????kotor semua deh kayanya!!)..trus pilih juga Presiden yang cekatan, ga loyo, dan cerdas, jangan pilih yang plin-plan dan gampang terbeli harga dirinya yaaa....(mmmmhhhh....kira2 ada ga ya yang berkepribadian menarik???mmmhhhh....hanya Allah yang tau...!!heheheh)**

Friday 20 February 2009

????

tanda tanya
hampir di setiap tulisanku berjudul tanda itu
mungkin karena aku bingung
ya, karena aku manusia, Tuhan bilang aku manusia
oleh karenanya aku merasai bingung
dia, meninggalkan aku, bukan jiwanya
hanya daging yang selimuti tulang yang meninggalkanku
ya, bukan jiwa dan hatinya
semoga saja bukan
semoga saja, ya bukan hati dan jiwanya....

Aku Bersedih

waduh....kasian tuh pohon asam di depan komplek rumahku, kalo saja pohon itu bisa bicara mungkin dia akan merasa keberatan menampung beban badannya yang besar plus gambar2 para caleg di ranting2nya...
ya..fenomenan "bebas" jadi wakil rakyat menjulang tinggi di negeriku, Indonesia. katanya, hari ini jaman demo"crazy" dan imbas reformasi. tapi sayang, perubahan itu malah berbuntut kacau. orang2 bermodal berani, mampu maju ke ajang pemilu buaya. pemilu buaya, pemilu penuh bualan dan tipuan. bnyak yang mencalonkan tanpa niat tulus menuju perbaikan. sungguh ragu aku menjadi rakyat biasa yang dipaksa memilih sang gambar calon. golput pun sudah diklaim haram oleh MUI. entah alasan politis atau memang berdasarkan syariat Islam. hanya mereka2 yang tahu.
golput, buatku tak masalah. rakyat sudah enggan memilih manusia2 kotor macam caleg yang nagkring di atas pohon asam itu. bagaimana tidak, janjinya seabreg, tapi realisasinya nol besar. duit rakyat habis dihamburkan demi kepentingan kelompoknya. kacau. itulah negeriku. sang kepala negara pun tak sanggup menggunakan tangan besinya untuk memperbaiki negeri ini.
entah, model seperti apa lagi yang pantas jadi pemimpin dan wakil rakyat. bangsaku kehilangan figur, bangsaku kehilangan harga di mata dunia....
jika ada yang merasa pantas menjadi khalifah di negeriku, tolonglah bantu aku perbaiki keraguanku atas mereka....

Thursday 19 February 2009

Human Trafficking

Perdagangan anak. Tentu kata itu sudah tidak asing lagi di telinga. Akhir-akhir ini marak terjadi tindakan penjualan anak-anak untuk dipekerjakan pada situasi buruk. Sungguh ironi ketika anak dinilai sebagai aset dan penerus bangsa, tetapi diperlakukan seperti barang yang tak ada harganya. Hal inilah yang mendorong banyak LSM atau organisasi tertentu untuk melakukan kampanye anti perdagangan anak. Berbicara tentang perdagangan anak, tentu ada penyebab yang memicunya. Berkaitan dengan hal ini, Saefulah Zakaria, salah satu dosen Antropolgi Unpad mengatakan, penyebab paling utama pada kasus tersebut adalah pesoalan ekonomi atau kemiskinan. “Permasalahan ekonomi membuat kecenderungan orang berbuat singkat. Tapi itu juga tergantung mental, ada juga orang miskin tapi ‘gak sampe jual anak,” ujarnya. Hal senada dikatakan oleh Goenawan Moehamad, salah satu penulis. Menurutnya, trafficking child disebabkan oleh permasalahan ekonomi yang masih lemah. “Perdagangan anak juga dipicu oleh terlalu banyak anak atau karena ada peningkatan angka kelahiran. Sehingga anak menjadi murah atau adanya inflasi anak,”katanya.
Penjualan anak merupakan bentuk terburuk dari pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini jelas akan membahayakan keselamatan dan masa depannya, karena mereka rentan untuk dimanfaatkan, diperkerjakan, dan diekploitasi. Catatan Komnas Perlindungan Anak, hingga akhir tahun 2004 menyebutkan bahwa kasus-kasus traffiking dengan berbagai bentuk banyak terjadi di Indonesia. Sebanyak 6,5 juta anak usia 10 sampai 14 tahun terpaksa bekerja pada situasi buruk diberbagai sektor seperti perindustrian, perkebunan, pertanian, perikanan, jalanan, pembuangan sampah, dan pertambangan. Jumlah itu termasuk 1,5 juta anak yang terpaksa bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Jumlah ini naik sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, khususnya untuk pekerja anak sebagai pembantu rumah tangga, jumlahnya terus mengalami kenaikan dari 310.378 anak pada tahun 1999 menjadi 600.000 anak pada tahun 2001

Setelah kita pahami betapa maraknya kasus perdagangan anak di Indonesia, kini saatnya kita mencari solusi apa yang tepat untuk menekan kasus tersebut. Berbagai cara tentu sudah sering dilakukan oleh para pihak terkait. Misalnya dengan didirikannya berbagai LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat-Red) yang memberikan advokasi di berbagai kasus tentang anak.
Menurut Eti, Ketua LSM JARI (Jaringan Relawan Independen), hal yang harus dilakukan kepada masyarakat mengenai trafficking child adalah dengan memberikan sosialisasi yang gencar tentang trafficking, hal itu dilakukan agar masyarakat diberi pengetahuan yang lebih jelas dan lengkap mengenai tand-tanda dan gejala pada masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah,” tuturnya.
Memang penyuluhan mengenai trafficking child ini sering dilakukan meskipun belum menyentuh ranah masyarakat rendah, hanya saja karena pemahaman yang kurang merata sehingga membuat korban terpedaya oleh perbuatan ilegal tersebut. Saefulah Zakaria berpendapat,
“semua orang harus terlibat. Orang tua dan masyarakat harus sering diberikan penyuluhan. Semuanya juga harus berjalan dengan baik, yang terpenting adalah penyadaran. Kemudian harus ada tindakan keras bagi pelakunya,” tutur Saefulah, yang juga Pembantu Ketua III Program Ekstensi FISIP Unpad. Masih menurut Saefulah, untuk menangani kasus trafficking child, dibutuhkannya media. “Media TV merupakan proses pembelajaran yang paling cepat, selain itu harus adanya penguatan sisi keluarga lewat pendidikan di kelurga si anak tersebut,” ujarnya. Masih menurut Saeful, selain lewat media dan keluarga, lingkungan juga harus mendukung dan saling menjaga atau saling menyadarkan.
Nampak miris ketika calon penerus bangsa hilang kepercayaan diri yang berlebihan akibat tindakan perdagangan anak, hanya karena faktor ekonomi yang tak seharusnya ditanggung oleh mereka. Menurut Sunggoro, salah satu dosen Psikologi Unpad, anak yang menjadi korban sudah pasti mer
asa kehilangan, dengan kata lain secara psikologis ia sudah tidak memiliki arti lagi. “Kalo anak-anak pasti mengalami luka psikologis, mereka merasa tidak punya arti, seolah hak hidupnya jadi lain. Luka itu mungkin juga tidak sembuh. Dia merasa bukan jadi orang yang utuh lagi, karena sudah tidak punya pilihan,” ujarnya.
Menurut Distia Aviandari, Direktur Eksekutif LAHA (Lembaga Advokasi Hak Anak) mengatakan, solusi yang harus dilakukan
yaitu di tingkat negara. ”Karena memang trafficking itu kebanyakan korbannya dari kelompok marginal (miskin, bodoh-Red). Ini kan berkaitan dengan status ekonomi, negara seharusnya mengintervensi itu. Lalu di tingkat masyarakatnya juga harus lebih peka,” tegasnya.
Tak berbeda dengan pendapat di atas, Goenawan Moehamad mengatakan, solusi untuk menekan perdagangan anak di Indonesia harus dengan hukum yang ditegakkan. Selain itu, KB (keluarga berencana) harus kembali digalakan dan kondisi ekonomi di Indonesia pun harus diperbaiki atau ditingkatkan.(sumber : wawancara, observasi, dan beberapa data internet)

???...

banyak hal yang ku tak mampu ingkari
manusia, hakikat qt sebagai manusia
budaya, ad banyak hal yang terikat budaya
dia, yang terikat kultur hingga semu kurengkuh
dan, tak ada satupun yang bisa menolongnya, tanpa kecuali
aku, sulit pula jadi dewi penolongnya
karena, dia pun sulit menolong diri sendiri
hanya sesal, karena salah menentukan pilihan
ini memang jalan, jalan rumit untuk ditempuh sendiri

For you there...

Ketakutan itu menggantung kuat dalam pikir

Aku masih berada di simpang kekhawatiran

Khawatir akan dirimu yang direbut keadaan

Aku melintasi sepi ini tanpa secuil tenang

Rasa sesal menghantuiku

Sesal karena tak bisa dapatkan keadaan itu, utuh

Apakah aku masih bisa berada dalam dekap cintamu

Meski sulit tegak berdiri dengan hati yang rapuh

Tapi yakinnya dirimu menguatkan aku

Karena aku begitu sadar,

Kita berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta…….

Edelweiss

Pagi ini cuaca amat berbeda dari biasanya, mungkin karena baru saja semalam hujan turun dengan deras sekali sehingga udara dingin masih menyelimuti udara pagi ini. Saat aku keluar kamar untuk mengucapkan selamat pagi pada kedua orang tua dan adikku, namun diruang tengah yang biasa dipakai untuk sarapan pagi oleh keluargaku terlihat sepi dan sunyi, kucoba tuk mencari mereka, di halaman depan dan paviliun samping rumah, namun tak kudapati satupun dari mereka, aku bingung dan kuputuskan untuk kembali ke kamar dan ku kembali merebahkan tubuhku yang kecil ini didalam selimut tebal pemberian almarhum kakekku. Udara dingin yang masuk dalam kamarku lewat celah jendela membuat ku betah terus berada dalam hangatnya dekapan selimut tebal itu, namun ketika ku ingin kembali memejamkan mata, terdengar suara ibu mengetuk pintu kamar ku. “vin..udah pagi nih, bangun dong kamu kan hari ini harus ikut ayah ke Bogor untuk menjemput nenek.” teriak ibu dari depan pintu. Aku pun membuka pintu dan langsung mengucapkan selamat pagi untuk ibuku tercinta. ”iya bu, Alvin tau hari ini Alvin harus temenin ayah, tapi Alvin mandi dulu ya. Oh iya tadi pagi pada kemana sih? Alvin cari-cari pada nggak ada?” tanyaku dengan nada yang manja. “oh tadi pagi, ayah dan ibu mengantar adikmu ke sekolah, ya udah sekarang kamu mandi dan siap-siap dulu ya. ”jelas ibu.

Hari ini memang aku sudah berjanji pada ayah untuk menemaninya ke Bogor untuk menjemput nenek yang baru saja datang dari Makassar. Awalnya aku bersemangat sekali untuk pergi ke Bogor, namun…tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak dan rasanya malas sekali untuk pergi. Tapi janji tetap janji dan aku harus menemani ayahku menjemput nenek. ”Yah, Alvin udah siap nih! Jadi berangkat kan?” tanyaku dengan semangat. “iya jadi, sekarang kamu hidupin mesin mobil dulu nih, ayah mau pakai sepatu dulu.” Pintanya.

Mesin mobil pun ku nyalakan, lagi-lagi perasaan ragu dan tak enak hati kembali menyelimuti hatiku, tapi aku tak mungkin membatalkan kepergianku ke Bogor karena aku tak mau mengecewakan ayah dan nenekku yang sudah jauh-jauh datang. Setelah pamitan pada ibu, kami berdua pun segera pergi untuk melewati perjalanan jauh antara Surabaya-Bogor yang jaraknya tak dekat. Dalam perjalanan itu, sambil menyetir mobil aku berbincang-bincang dengan ayah tentang prestasi kuliahku yang makin hari makin meningkat, terlihat dari wajah ayahku yang merasa bangga terhadap prestasiku selama ini. “ayah yakin Vin, kamu bisa lulus kuliah dengan cepat dan bisa langsung bantu ayah bekerja di perusahaan keluarga kita, bener ga?” Tanya ayah. “iya, doakan Alvin sukses ya yah.” pintaku dengan tulus. “oh iya dong, ayah selalu mendokan kamu dan adikmu, oh iya gimana hubungan kamu dengan Yoga? Baik-baik saja kan? Ayah berharap meskipun kamu pacaran, jangan sampai menomorduakan kuliah ya.” Ucapnya dengan bijak. “Alvin dan Yoga baik-baik aja ko.” kataku singkat. Tiba-tiba pikiranku berpusat pada Yoga, lelaki yang sudah 3 tahun menjadi pacarku itu, sudah 1 minggu aku tidak bertemu dengannya setelah terjadi pertengkaran waktu itu. Batinku bertarung antara mempertahankan ego atau mengalah untuk kembali berdamai, namun sifat keras kepalaku kembali muncul sehingga sampai saat ini kami masih belum damai. Tapi, setelah ayah menanyakan soal Yoga, hatiku menjadi tak enak seperti ada firasat buruk tentang dirinya, namun kucoba untuk tetap konsentrasi karena aku sedang mengendarai mobil. Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, akhirnya kami sampai di Bogor dimana nenekku menginap. Disana aku dan ayah langsung beristirahat karena lelah hingga pagi harinya kami baru terbangun.

“wahh..pasti kamu dan ayahmu lelah sekali ya karena perjalanan yang jauh?” Tanya nenek. “iya nek, Alvin capek banget nih mana kemarin dijalan macet lagi.” kataku. “ya udah kamu istirahat dulu ntar nenek siapkan sarapan untuk kamu dan ayahmu.” paparnya.

Pagi itu udara di Bogor dingin sekali dan mungkin di kota itu selalu saja turun hujan. Saat aku sedang menikmati hangatnya teh manis buatan nenek, pikiran ku kembali pada Yoga yang berada jauh di Surabaya. Aku pun tak habis pikir kenapa sampai saat ini dia tidak menghubungiku, aku merasa dia pun memiliki perasaan egois yang tinggi namun aku tak bisa pungkiri bahwa sampai saat ini aku masih sayang dengannya, tak ada sedikitpun perasaan untuk pisah dengannya walau seringkali konflik berada di pihak kami berdua. “eh non, kok melamun sih? Ayo dimakan dulu roti bakar buatan nenek, ini roti bakar khas makassar lho dan kamu harus coba ya.” tegur nenek. “oh iya nek nanti Alvin makan kok rotinya tapi Alvin mau mandi dulu, ayah sudah bangun belum?” tanyaku. “ayah ada di teras samping tuh sedang baca Koran.” jelas nenek.

Setelah selesai mandi, tiba-tiba ponsel ku berbunyi dan ternyata Yoga yang menelfonku. “hallo, kamu dimana?” tanyanya. “aku masih di Bogor jemput nenek,kamu dimana?” aku balik bertanya. “aku dirumah lagi siap-siap mau pergi hiking bareng temen-temen, kira-kira kamu pulang kapan?aku mau membicarakan masalah kita yang kemarin.” jelasnya. “mungkin besok lusa aku baru balik ke Surabya.” Kataku singkat. “ya udah aku tunggu kamu di kampus ya.” pintanya.

Malam nya setelah lelah mengobrol dengan ayah dan nenek, aku pergi ke kamar untuk tidur karena mataku sudah lelah sekali. Karena kelelahan, tak lama pun aku langsung terlelap. Dalam tidurku, ku melihat Yoga dengan tas ranselnya pamitan padaku untuk pergi hiking ke gunung, dengan berat hati ku melepas kepergian Yoga. Namun tak lama setelah kepergiannya aku melihat dia mendatangi kamarku lewat jendela dan dengan wajah yang pucat, Yoga memberikan seikat edelweiss yang masih segar. Dia memberikan bunga itu dengan tatapan penuh kasih sayang, sebelum dia pergi tak biasaanya dia mengecup keningku dan mengucapkan kata-kata yang aku tak mengerti, Yoga mengatakan bahwa dia takkan kembali lagi selamanya. Saat ku ingin bertanya maksud ucapannya itu, tiba-tiba aku terbangun dari tidurku dan di pipiku sudah banyak air mata yang mengalir, aku pun terkejut dengan mimpi yang baru saja aku alami. “ya Tuhan apa yang terjadi pada Yoga? Selamatkan dia Tuhan, kumohon.” doaku pada Tuhan. Pagi harinya, ayah mengajak ku kembali ke Surabaya, padahal rencana awal kami akan pulang esok harinya, namun ayah bersikukuh ingin pulang hari itu juga. “ vin, sebaiknya kita pulang hari ini saja lagian nenek sudah ingin cepat-cepat bertemu dengan ibumu.” jelas ayah. “iya deh kita pulang sekarang, tapi ayah saja ya yang bawa mobilnya.” pintaku pada ayah.

Kami bertiga pun kembali pulang ke Surabaya dan sesampainya disana, ibu langsung memelukku dan mengajakku kerumah Yoga tanpa memberitahu alasannya. Sesampainya disana, tubuhku lemas tak berdaya dan aku merasakan sesuatu membentur tubuhku hingga tak dirasa lagi tubuh ini sakitnya seperti apa setelah melihat Yoga terkulai diatas kasur kecil sambil ditutupi oleh kain batik dari wajah hingga kakinya. “Tuhan, kenapa secepat itu orang yang selama ini aku sayangi dan aku cintai harus pergi dariku untuk selamanya.” bisikku dalam hati.

Aku tak menyangka nyawa Yoga hilang akibat jatuh dari tebing, ternyata firasat burukku itu mengarah pada Yoga dan akupun tak habis pikir bahwa pembicaraanku ditelpon adalah pembicaraan terakhirku dengannya dan pertengkaran ku beberapa waktu lalu adalah pertemuan terakhirku serta edelweiss yang ia berikan pada ku dalam mimpi adalah peristiwa indah terakhir dengannya.

Kini, hari-hariku hanya diisi dengan lamunan yang tak berarti hingga akhirnya ku sadar bahwa waktu tak kan pernah bisa mengulang lagi kenangan dan saat terakhir ku dengan orang yang aku kasihi, kini hanya penyesalan mendalam karena aku tak bisa bertemu disaat-saat terakhirnya, mungkin ini jalan hidup yang diberikan Tuhan untukku, terimakasih Tuhan karena telah memberi kesempatan padaku untuk bertemu dan mengenalnya walaupun hanya sesaat saja.**

Wednesday 18 February 2009

NARKOBA, PEMOTONG LIDAH ANAK MUDA…!!!!!


Penggunaan obat-obatan jenis opium sudah lama dikenal di Indonesia, jauh sebelum pecahnya Perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda. Pada umumnya para pemakai candu (opium) tersebut adalah orang-orang Cina. Pemerintah Belanda saat itu memberikan izin pada tempat-tempat tertentu untuk menghisap candu dan pengadaan (supply) secara legal dibenarkan berdasarkan undang-undang. Orang-orang Cina pada waktu itu menggunakan candu dengan cara tradisional, yaitu dengan jalan menghisapnya melalui pipa panjang. Hal ini berlaku sampai tibanya Pemerintah Jepang di Indonesia. Pemerintah pendudukan Jepang menghapuskan Undang-Undang itu dan melarang pemakaian candu (Brisbane Ordinance).
Ganja (Cannabis Sativa), salah satu candu banyak tumbuh di Aceh dan daerah Sumatera lainnya, dan telah sejak lama digunakan oleh penduduk sebagai bahan ramuan makanan sehari-hari. Tanaman Erythroxylon Coca (Cocaine) banyak tumbuh di Jawa Timur dan pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi ekspor. Untuk menghindari pemakaian dan akibat-akibat yang tidak diinginkan, Pemerintah Belanda membuat Undang-undang (Verdovende Middelen Ordonantie) yang mulai diberlakukan pada tahun 1927 (State Gazette No.278 Juncto 536).
Meskipun demikian, obat-obatan sintetisnya dan juga beberapa obat lain yang mempunyai efek serupa (menimbulkan kecanduan) tidak dimasukkan dalam perundang-undangan tersebut. Setelah kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia membuat perundang-undangan yang menyangkut produksi, penggunaan dan distribusi dari obat-obat berbahaya (Dangerous Drugs Ordinance) di mana wewenang diberikan kepada Menteri Kesehatan untuk pengaturannya (State Gaette No.419, 1949). Baru pada waktu tahun 1970, masalah obat-obatan berbahaya jenis narkotika menjadi masalah besar dan nasional sifatnya. Pada waktu perang Vietnam sedang mencapai puncaknya pada tahun 1970-an, maka hampir di semua negeri, terutama di Amerika Serikat penyalahgunaan obat (narkotika) sangat meningkat dan sebagian besar korbannya adalah anak-anak muda. Nampaknya gejala itu berpengaruh pula di Indonesia dalam waktu yang hampir bersamaan.
Menyadari hal tersebut, maka Presiden mengeluarkan instruksi No.6 tahun 1971 dengan membentuk badan koordinasi, yang terkenal dengan nama BAKOLAK INPRES 6/71, yaitu sebuah badan yang mengkoordinasikan (antar Departemen) semua kegiatan penanggulangan terhadap berbagai bentuk yang dapat mengancam keamanan negara, yaitu pemalsuan uang, penyelundupan, bahaya narkotika, kenakalan remaja, kegiatan subversif dan pengawasan terhadap orang-orang asing.
Kemajuan teknologi dan perubahan-perubahan sosial yang cepat, menyebabkan Undang-Undang narkotika warisan Belanda (tahun 1927) sudah tidak memadai lagi. Maka pemerintah kemudian mengeluarkan Undang-Undang No.9 tahun 1976, tentang Narkotika. Undang-Undang tersebut antara lain mengatur berbagai hal khususnya tentang peredaran gelap (illicit traffic). Disamping itu juga diatur tentang terapi dan rehabilitasi korban narkotik (pasal 32), dengan menyebutkan secara khusus peran dari dokter dan rumah sakit terdekat sesuai petunjuk menteri kesehatan.
Dengan semakin merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia, maka UU Anti Narkotika mulai direvisi. Sehingga disusunlah UU Anti Narkotika nomor 22/1997, menyusul dibuatnya UU Psikotropika nomor 5/1997. Dalam Undang-Undang tersebut mulai diatur pasal-pasal ketentuan pidana terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan pemberian sanksi terberat berupa hukuman mati.

Meski sudah ada Undang-undang yang mengaturnya, permasalahan narkoba tidak pernah berhenti sampai di sini. Peredaran dan pemakaiannya justru semakin merebak, hal ini menimbulkan gejala sosial yang cukup merugikan. Saat ini, narkoba identik dengan anak muda dan kehidupan malam. Indonesia cukup santer terdengar sebagai negara yang “gampang” dijadikan tempat persinggahan obat terlarang tersebut. Memang sedih, saat negara yang kita cintai memiliki hukum yang cukup longgar bagi para pemakai atau pengedar narkoba. Betapa mudahnya sang pengedar menjual barang haram itu di Indonesia. Berapa banyak korban yang jatuh dipelukan obat-obatan tersebut. Berapa jiwa yang terbelenggu oleh bahaya “pil kecil” nan beresiko itu. Berapa banyak orang tua yang menangis penuh dosa karena tidak berhasil menjaga buah hatinya dari serangan obat berbahaya berbentuk pil kecil itu. Jika dipikir dengan akal yang sehat, banyak kerugian yang diderita akibat mengkonsumsi narkoba. Rugi materi dan sudah tentu rugi secara fisik. Tak terbayangkan jika satu pil jahanam itu masuk ke dalam tubuh kita, ke sel-sel manusia yang sensitive dan pada akhirnya merusak bagian-bagian terpenting dalam tubuh kita. Penyalahgunaan narkoba tidak hanya melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang, tetapi hal itu juga kerap dikaitkan dengan berbagai perilaku berbahaya seperti pemakaian jarum suntik secara bergantian, dan perilaku seks bebas. Kombinasi dari keduanya akan sangat berpotensi meningkatkan resiko tertular penyakit HIV/AIDS, hepatitis, dan beragam penyakit infeksi lainnya. Perilaku berbahaya tersebut biasanya berlaku bagi penggunaan narkoba berjenis heroin, kokain, steroid, dan methamphetamin.
Para
peneliti juga telah menemukan semacam korelasi antara penyalahgunaan narkoba (dalam berbagai frekuensi penggunaan) dengan kerusakan fungsi jantung, mulai dari detak jantung yang abnormal sampai dengan serangan jantung. Penyuntikan zat-zat psikotropika juga dapat menyebabkan kolapsnya saluran vena, serta resiko masuknya bakteri lewat pembuluh darah dan klep jantung. Beberapa jenis narkoba yang dapat merusak kinerja sistem jantung antara lain kokain, heroin, inhalan, ketamin, LSD, mariyuana, MDMA, methamphetamin, nikotin, PCP, dan steroid. Sungguh banyak efek negatif penggunaan narkoba bagi tubuh manusia jika penggunaannya melebihi dosis tertentu. Penyalahgunaan narkoba juga dapat menyebabkan beragam permasalahan sistem pernapasan. Merokok, misalnya, sudah terbukti merupakan penyebab penyakit bronkhitis, emphysema, dan kanker paru-paru. Begitu pula dengan menghisap mariyuana yang bisa membawa dampak lebih parah lagi. Penggunaan sejumlah zat psikotropika juga dapat mengakibatkan lambatnya pernapasan, menghalangi udara segar memasuki paru-paru yang lebih buruk dari gejala asma.
Semua perilaku penyalahgunaan narkoba mendorong otak untuk memproduksi efek euforis. Bagaimanapun, beberapa jenis psikotropika juga memberikan dampak yang sangat negatif pada otak seperti stroke, dan kerusakan otak secara meluas yang dapat melumpuhkan segala aspek kehidupan pecandunya. Penggunaan narkoba juga dapat mengakibatkan perubahan fungsi otak, sehingga menimbulkan permasalahan ingatan, permasalahan konsentrasi, serta ketidakmampuan dalam pengambilan keputusan.
Betapa jahatnya narkoba, betapa biadabnya efek itu bagi tubuh kita. Tapi aneh, “si obat” jahat itu justru sangat digemari oleh orang-orang tertentu. Satu pil narkoba saja mampu membuatnya melayang ke atas bintang. Apalagi beberapa pil yang dikonsumsi, pasti efeknya pun cukup signifikan bagi tubuh manusia.
Penyalahgunaan zat psikoaktif atau zat adiktif atau sekarang sering disebut NAPZA merupakan masalah dunia yang tidak akan pernah dapat dituntaskan. Tahun ini berjuta-juta remaja di Asia telah menggunakan narkoba dan di Indonesia tidak kurang dari tiga juta remaja menyalahgunakannya, mulai dengan cara menghirup bahan-bahan kimia (ngelem) oleh anak jalanan, kemudian ekstasi oleh remaja sampai kepada pencandu berat heroin (putaw). Memerhatikan perkembangan terakhir tampaknya masalah NAPZA telah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Peredarannya telah menyusup ke sendi-sendi masyarakat, mulai dari anak sampai dewasa. Di kalangan anak jalanan usia 7 - 8 tahun sudah ada yang telah menggunakan ganja dan lem. Kian meningkatnya jumlah kasus meninggal akbiat overdosis merupakan gejala yang mengkhawatirkan, lebih dari 1,3 juta orang penyalahguna telah meninggal karena overdosis. Kondisi ini diperburuk dengan semakin banyaknya penderita HIV/AIDS pada kalangan penyalah guna narkoba suntik.
Miris didengar. Saat Indonesia sedang haus akan kesejahteraan ekonomi bagi rakyatnya yang miskin, tapi segelintir oknum bermain di wilayah narkoba. Anak muda jadi sasaran. Belum selesai dengan permasalahan ekonomi yang cukup akut, pemerintah disibukkan untuk memantau pelaku kejahatan yang berkutik di wilayah terlarang berselimutkan penyelundupan narkotika dan zat adikitif lainnya.
Narkoba kerap kali diidentikkan dengan anak muda. Mungkin itu karena asumsi yang melebar dan mejelaskan tentang keadaan anak remaja yang masih labil. Padahal, masa muda adalah masa terindah dan masa-masa yang cukup strategis untuk menggapai segala impian masa depan. Masalah pokok remaja berpangkal pada pencarian identitas diri. Mereka mengalami krisis identitas karena untuk dikelompokkan ke dalam kelompok anak-anak merasa sudah besar, namun kurang besar untuk dikelompokkan dalam kelompok dewasa. Identitas diri adalah kepastian posisi sosial dalam lingkup pergaulan di mana seseorang berada. Selain itu sejauh mana mampu mengendalikan melambungnya ambisi dan angan-angan karena meningkatnya kebutuhan perkembangan sosialisasi; mengenali dan mendapat peluang melatih pengendalian kebutuhan biologis baru, dalam hal ini dorongan seksual, tanpa mengurangi pemanfaatan lingkungan pergaulan guna mencapai kemampuan sosialisasi seoptimal mungkin; serta merasa memperoleh pengertian dan dukungan orangtua dan keluarga dalam kondisi kerentanan oleh krisis identitas tersebut.
Bila jawaban atas pertanyaan tersebut meragukan, maka remaja Indonesia akan terjebak dalam perkembangan pribadi yang ”lemah” dan rentan penyalahgunaan narkoba. Hambatan proses sosialisasi bisa disebabkan faktor internal (psikis) maupun faktor eksternal (fisik). Hambatan dalam proses sosialisasi merupakan manifestasi kelemahan fungsi kepribadian yang menyebabkan labilitas emosional sehingga tingkat toleransi stres pun relatif rendah. Ia mudah menyerah, kurang memiliki daya juang, dan rendah ketekunannya dalam belajar mengatasi masalah. Remaja tipe ini rentan terhadap pengaruh penyalahgunaan narkoba. Anak tipe ini biasanya kurang percaya diri sehingga rawan pemerasan/pemalakan. Awalnya dipaksa menyerahkan uang jajan sampai akhirnya dipaksa mencuri di rumah. Hasil pemerasan langsung dibelikan narkoba dan sering terjadi anak dipaksa mencoba minuman keras atau narkoba yang dibeli dari hasil rampasan/pemerasan tadi. Selain itu, pembentukan karakter remaja yang mempunyai kedekatan emosional anak dengan anggota geng lain dan jadilah ia anggota walaupun hanya anak bawang. Karena merasa harus diterima dalam lingkungan pergaulan, sikap loyal terhadap geng semakin kuat. Apa pun yang diminta rekan satu geng akan dipenuhi, apa pun korbannya. Kondisi ini diikuti peningkatan frekuensi bolos sekolah dan barang berharga di rumah menjadi kurang aman.
Keadaan ini sering dilatari sikap keluarga yang kurang sempat memerhatikan anak remajanya dan kurang memberi dukungan kasih serta perhatian bagi anak remaja untuk menyelesaikan masalah remaja tersebut. Keadaan frustrasi ini membuka peluang penggunaan narkoba sebagai cara remaja menyelesaikan masalahnya. Bila akhirnya keluarga mengetahui, reaksi lanjut pihak keluarga biasanya lebih tidak menguntungkan. Artinya, remaja semakin tenggelam dalam penggunaan narkoba sebagai jalan keluar masalahnya. Remaja yang pada dasarnya memiliki predisposisi kondisi mental psikopat, artinya dari sejak usia 10-11 tahun sudah melakukan perjalanan jauh sendiri tanpa direncanakan, sering ”kabur” dari rumah, pergi tanpa pamit, menghamburkan uang saku, dan biasanya mendapat uang itu sebagai hasil curian. Manakala uang habis, ia akan kembali ke rumah dengan air muka seolah tidak bersalah. Remaja dengan kecenderungan fungsi kepribadian psikopat tidak segan melakukan kekerasan dan mengancam. Remaja tipe ini pun rawan penyalahgunaan narkoba karena di bawah pengaruh narkoba remaja merasa keberaniannya bertindak antisosial dan agresi semakin meningkat.
Sungguh, hal itu merupakan kondisi yang cukup mencekam dan membuat kita merasa berkewajiban untuk menghentikan laju penyebaran narkoba di kalangann anak muda. Untuk memerangi narkoba hingga ke akarnya, harus bersifat sistemik, artinya pemberantasan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Saat ini, seperti kita lihat di media-media informasi, Pemerintah sedang berusaha memberantas segala praktek penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Memerangi narkoba memang tidak mudah, karena sindikat terselubung yang bermain di tataran itu cukup rapi sehingga agak sulit untuk “menciduk” semua oknum kejahatan hingga ke akar-akarnya.
Namun, usaha Pemerintah saat ini belum berhasil, hal itu bisa dilihat dari beberapa indikator. Misalnya, penyelundupan di Indonesia yang terbilang sangat mudah karena banyak akses yang memberikan peluang, misalnya pemeriksaan barang di bandara yang belum maksimal sehingga masih ada saja narkoba diedarkan di Indonesia yang berasal dari luar negeri. Setelah narkotik itu berhasil diselundupkan di Indonesia, maka penyebaran pun akan semakin mudah. Selain itu, Undang-undang narkotika yang masih fleksibel pun bisa dijadikan indikator bahwa Pemerintah belum bisa merampas secara maksimal barang-barang terlarang itu.
Selain soal kemiskinan dan pendidikan, masalah narkoba pun harus selalu dipantau dan diperhatikan dengan seksama. Karena hal ini juga cukup berpengaruh besar untuk kelangsungan hidup anak muda Indonesia, khususnya kelangsungan hidup secara psikis dan fisik. Banyak dampak negatif yang disebabkan oleh barang terlarang tersebut. Ketergantungan yang hebat pun bisa terjadi saat tubuh pengguna ketagihan karena efek dari obat-obatan yang menjalar di seluruh tubuh manusia. Di usia remaja yang masih labil, kondisi tubuh pun belum bisa maksimal mencerna pil “jahanam” yang dosisnya melebihi batas normal. Jika si pemakai terus-terusan menggunakan obatan terlarang dalam jumlah yang banyak, maka kemungkinan efek adiktif cukup besar. Hal ini yang dapat membahayakan dan merugikan bagi pemakai.
Hingga saat ini jumlah pemakai narkoba di Indonesia semakin meningkat dan hal ini kemudian ditunjang dengan kejahatan lain yang disebabakan oleh penyalagunaan obat terlarang itu. Narkoba memang harus diperangi dan dimusnahkan. Lemahnya konstalasi hukum dalam menyikapi permasalahan ini justru membuat para pengedar dan pemakai makin mudah untuk mengoperasikan pemasaran narkoba secara meluas. Sanksi hukum yang fleksibel juga mampu mendorong para pengedar maupun pemakai untuk terus bergelut di dunia itu, karena hukum yang berlaku pun tidak terpatri dengan baik. Artinya, saat ini jika kita ingin merubah paradigma atau pola pikir kita tentang bahaya narkoba, harus ada penyuluhan secara seragam ke daerah-daerah terpencil agar pengetahuan tentang obat terlarang bisa diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat dengan mudah dicegah penyebarannya.
Banyaknya kasus penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya yang menimpa siswa sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, dan sekolah menengah umum di DKI Jakarta yang membuat para orangtua murid resah. Dalam kaitan itu, mereka berharap agar ada komunikasi yang lebih baik antara guru dan murid khususnya soal perilaku anak. Para orangtua juga biasanya meminta aparat kepolisian menangkap para bandar dan pengedar sehingga narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) tidak merusak masyarakat.
Kekhawatiran orangtua murid itu wajar jika melihat data jumlah pemakai narkoba yang terus meningkat terutama di wilayah ibu kota. Jika seperti itu faktanya, berarti kita sebagai masyarakat yang peduli akan masa depan Indonesia, harus berusaha keras melawan segala bentuk usaha yang mengarah pada penyebaran narkoba di kalangan anak muda. Dengan narkoba, diprediksikan bahwa kualitas sumber daya manusia akan menurun drastis.
Hal ini dapat dibenarkan, karena zat adiktif yang menyelimuti pil mungil itu mampu merubah tingkat kesadaran kita sampai beberapa persen jumlahnya. Maka itu, perlu adanya penyuluhan yang intensif dari Pemerintah tentang bahaya narkoba. Selain dengan sosialisasi ke tiap-tiap sekolah, ke masyarakat terpencil pun hal ini harus diinformasikan. Misalnya lewat sosialisasi iklan layanan masyarakat atau dari pihak tertentu melakukan aksi peduli kesehatan masyarakat dan gerakan melawan narkoba. Dengan seperti itu, masyarakat dapat mengetahui secara langsung mengenai bahaya narkoba bagi tubuh manusia. Karena jika dibiarkan begitu saja, narkotika atau sejenis obat terlarang lainnya akan menyerang remaja Indonesia secara perlahan tapi efektif.
Kalau itu terus terjadi, Indonesia akan kehilangan harapan sukses di masa depan, karena generasi muda kita terpotong hak-haknya untuk bisa mengembangkan potensinya. Dengan narkoba, masa depan kita tertunda. Keinginan untuk maju menyongsong keberhasilan akan tertoreh luka yang dalam saat kita mengenal narkoba. Zat yang mampu merayu pemakainya memang sangat berpengaruh besar. Bahaya yang dibuatnya pun tak tanggung-tanggung, yakni kecanduan yang berkepanjangan. Jika dibiarkan, maka kesengsaraan bagi orang yang pernah terjerumus ke dalamnya akan sulit bergerak bebas, dan akan sulit keluar dari sistem adiktivitas. Ironi sekali, jika masa depan bangsa harus terpotong sia-sia saat generasi penerusnya terbelenggu oleh pil mungil nan mematikan itu. Kesedihan dan penyesalan memang selalu datang belakangan, jadi jangan sampai anak muda Indonesia terjerembab dalam konstalasi obat terlarang tersebut.
Kalau program penuntasan narkoba hanya dilakukan oleh satu pihak saja, maka kemungkinan timbul kembali di kasus yang sama akan terjadi. Pemerintah mampu memaksimalakan kinerjanya dalam lingkup pencegahan penyebaran narkoba di negara kita, dengan catatan adanya keseriusan dalam menanganinya. Perangi terus narkotika dan obat terlarang di Indonesia, demi terciptanya kondusifitas pemikiran generasi penerus bangsa Indonesia. Narkoba bisa dikatakan sebagai salah satu jalan yang bisa memotong paradigma berpikir kita sebagai manusia yang punya potensi serba maksimal. Oleh karena itu, pencegahan melalui upaya promotif dan preventif menjadi sangat penting. Tujuan upaya promotif, preventif, dan edukatif pada penyalah guna zat adalah pengurangan kebutuhan atau permintaan (demamd reduction). Preventif penting bagi remaja yang berisiko tinggi (calon pengguna). Upaya yang dipandang paling efektif untuk menanggulangi penyalahgunaan zat di kalangan remaja adalah melalui pendidikan dan mencegah sebelum terjadi. Upaya preventif juga perlu memerhatikan apa yang disebut gateway seperti rokok, ganja, dan alkohol yang terlebih dahulu digunakan sebelum menggunakan zat lain yang lebih berat perlu dicegah.
Selain itu, di wilayah keluarga pun harus ada sosialisasi yang intensif. Pendidikan informal dalam keluarga pun mampu meminimalisir segala bentuk intervensi eksternal dalam pembentukan karakter seorang anak. Bantu agar anak berpikir positif tentang dirinya. Jangan sampai bahaya narkoba dapat memotong kemampuan retorika seseorang untuk menggapai segala cita-citanya yang dapat membangkitkan semangat hidup. Masa depan kita ada di tangan kita sendiri, jika tangan itu terluka dan berdarah, dan jika luka itu tak diobati, maka sakitnya akan menjalar dan infeksi berat akan terjadi. Mulai saat ini, stop narkoba, jadikan Indonesia sebagai produsen manusia cerdas dan kreatif. Perangi terus narkoba dan menangkan kesuksesan mengembangkan Indonesia.**

Fenomena kelompok lesbian dan homoseksual

Keberadaan Kaum lesbian dan homo memang sudah tidak asing lagi didengar dan dilihat. Karena tidak sedikit komunitas itu dengan bangganya menunjukkan eksistensinya dihadapan publik. Sungguh tak biasa jika orang awam yang melihat dan menilainya, tapi fenomena yang tersaji adalah mereka-mereka yang mengaku berlesbian dan homo tersebut tidak merasa ragu mengatakan dan memamerkan kedekatan emosional mereka didepan publik. Di Indonesia, sekelompok lesbian dan homo tidak tanggung-tanggung mempublikasikan komplotannya ke masyarakat dengan cara membentuk komunitas lesbian atau gay. Rasa malu sudah tidak lagi menjadi penghalang, bahkan kaum mereka lebih bangga mempertahankan status bias gendernya kepada publik. Sebetulnya perkataan homosexual diterjemahkan secara harfiah adalah “sama gender" yang merupakan gabungan prefix Yunani, homo berarti "sama" dan asas Latin sex berarti "seks." Istilah homosexual pertama kali diterbitkan secara bercetak dalam pamflet Jerman yang diterbitkan pada 1869 secara tanpa nama yang ditulis oleh novelis Karl-Maria Kertbeny, kelahiran Austria. Cukup beragam faktor-faktor penyebab dari munculnya sekelompok orang yang mengaku dan menunjukkan status mereka sebagai seorang homo atau lesbian. Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan seseorang itu menjadi homoseksual atau lesbian. Faktor yang paling utama adalah faktor keluarga, pengalaman atau trauma yang dialami pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak tersebut. Misalnya pada saat anak tersebut dikasari oleh ibu atau bapaknya dan kurangnya sentuhan kasih sayang yang diberikan orang tua pada anaknya sehingga si anak beranggapan bahwa semua lelaki atau perempuan itu dapat bersikap kasar dan mudah bertindak brutal yang memungkinkan anak tersebut benci pada golongan itu.

Selain faktor keluarga, faktor lingkungan pergaulan pun memiliki kemungkinan dapat mempengaruhi seseorang menjadi gay atau lesbian, misalnya orang tersebut terlalu sering bergaul dengan kelompok lesbi atau homo sehingga dia pun merasa tertarik dan ingin bergabung secara mendalam dengan kelompok lesbi atau gay tersebut. Faktor lain yang bisa dikatakan sebagai faktor pendorong seseorang menjadi lesbian atau homo adalah faktor biologis. Homoseksual adalah keadaan pernyataan perasaan yang semula jadi menyebabkan seseorang itu mempunyai nafsu terhadap kaum sejenis. Perasaan dan nafsu tersebut merupakan hasil yang disebabkan oleh bahan kimia dan hormon yang dikeluarkan dalam badan (luar kawalan). Selain itu adanya keinginan perasaan yang harmoni untuk mendominasi hawa nafsunya dalam lingkup sexual. Namun pendapat ini masih dalam perbincangan dan tidak dapat dibuktikan secara menyeluruh oleh pakar dalam bidangnya. Faktor-faktor itulah yang menjadi kemungkinan besar seseorang terjerumus ke dalam pergaulan menyimpang.

Bagi kelompok lesbian atau homo, perilaku tersebut bukanlah hal yang menyeramkan atau bahkan bukan sesuatu hal yang dapat merugikan orang lain. Sebagian dari mereka beranggapan bahwa keberadaannya sama sekali bukan untuk mengganggu kehidupan orang lain yang normal tapi hanya untuk memuaskan hasrat seksualnya dengan sesama jenis. Namun perspektif masyarakat yang memandang kaum mereka cukup beragam, perbedaan pandangan itulah yang kini banyak muncul dipermukaan. Misalnya dari kalangan agama, sebagian pakar mempercayai bahawa penyakit AIDS dikalangan homoseksual adalah puncak riwayat yang dikisahkan dalam kitab agama Ibrahim. Hal tersebut merujuk kepada perlakuan seks yang cenderung kepada sesama jenis. Homoseksual dikatakan bermula dari zaman Nabi Luth a.s. yang mana ketika itu gejala seks, perkawinan dan percintaan di antara sesama jenis berlaku. Ada beberapa ayat yang mengatakan tentang hal tersebut, misalnya dalam Ayat 80 Surah Al-A’raf (7), mengatakan, “Dan Nabi Lut juga (Kami utuskan). Ingatlah ketika ia berkata kepada kaumnya: `Patutkah kamu melakukan perbuatan yang keji, yang tidak pernah dilakukan oleh seorang pun dari penduduk alam ini sebelum kamu?”. Ayat 81 bermaksud, “Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk memuaskan nafsu syahwat kamu dan meninggalkan perempuan, bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” Itulah sedikit ulasan dari segi agama, selain itu aktivitas homoseksual dianggap oleh sebagian orang sebagai pemusnah kekuatan moral masyarakat, kegiatan dari hubungan sesama jenis tersebut dinilai mencacatkan budaya dan kesatuan masyarakat. Karena itulah golongan homoseksual sering dikaitkan dengan sesuatu yang tidak normal sehingga tidak layak menerima hak-hak istimewa dari masyarakat sekitarnya. Mereka terkadang dipinggirkan tanpa adanya penjelasan yang kukuh dan jelas. Masyarakat pun tidak sedikit yang menilai bahwa golongan homoseksual dan lesbian dapat mencerminkan kemunduran dan keruntuhan moral masyarakat karena dapat membunuh karakter keluarga yang bersangkutan.

Selain itu, kaum lesbian atau gay dituding sebagai pusat penyebaran penyakit AIDS atau penyakit kelamin lainnya yang dapat mengancam kesehatan masyarakat atau orang lain yang ada disekitarnya. Walaupun jangkitan AIDS disebabkan oleh pelbagai faktor, tetapi golongan homoseksual sering dijadikan penyebab utama sehingga mereka harus bertanggungjawab terhadap gelaja kurang sehat dan pelbagai masalah kesehatan lainnya. Hal itulah yang dapat mendiskriminasi kaum gay atau lesbian sehingga timbullah kecemburuan sosial antara golongan homoseksual dengan yang normal. Keberadaan komunitas homoseksual pun memungkinkan adanya sikap mengucilkan dari masyarakat sekitarnya. Itulah sedikit gambaran tentang fenomena homoseksual dan kaum lesbian yang tersaji di hadapan publik. Meskipun masyarakat secara terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada komunitas tersebut, tapi mereka masih merasa percaya diri dengan statusnya yang dianggap bias oleh masyarakat. Kenyataan mengatakan bahwa kaum mereka saat ini masih dimarginalkan karena tidak ada aturan atau ketentuan yang menghalalkan mereka untuk mengeksistensikan keberadaan komunitasnya dengan bebas dan tidak ada payung hukum yang menyertai aktivitas mereka di lingkungan masyarakat.**