Sunday 16 December 2007

Blogger.....

dua hari lagi liburrr...sipppp...akHrnya aQ bisa puLang dan REbahan di pelukan aYah iBU...kangennn....

hampir dua bulan aQ dsni...berhadapan langsung dengan rutunitas yang ga pERnah habIs dimakan wKtu,,,,yah...itu seMua pastI tersaJi di Depan mata...aQ pun harUs setIa menemani langkaH kaki ini deMi lanCarnya Aktivitas itu...

mESki kadaNG lelah dan bosan...tapi aQ wajib setia pada aKtivitas ini...hehehehe...yaNg jelas sampai saat ini aQ masIh merasa nYaman siH...mudah2an raSa nYaman inio tetep aWet...

inTinya...aQ senaaaaaaaanngggg...sebNtar lagi mau pulaaaanggggg...horrrreeeeeee.....

Menggerus Stigma Negatif Terhadap Peredaran Kondom


Siapa yang tak mengenal kondom. Barang yang mirip balon dan berukuran mini ini sepertinya sudah tidak asing lagi di ranah masyarakat. Kecuali anak yang masih di bawah usia dewasa, tentunya masih belum mengerti fungsi dan kegunaannya. Kondom adalah suatu alat kontrasepsi yang bekerja dengan cara mencegah sperma bertemu dengan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Lewat promosi gencar yang dilakukan media massa, barang ini laku keras di pasaran. Hal ini semakin mempermudah masyarakat untuk mengenal fisik dan fungsi kondom. Ditambah lagi dengan berbagai terobosan baru dari produsen dengan menciptakan aneka rasa pada tiap lembarannya, sehingga lebih menarik minat masyarakat yang mengkonsumsinya

Himbauan penggunaan kondom bukan saja dilakukan oleh produsennya agar produk yang dihasilkan laku terjual, tapi pihak pemerintah melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN ) pun selalu menggembar-gemborkan pada masyarakat untuk selalu menggunakan kondom tiap kali berhubungan seks. Tentunya ada alasan yang jelas, yakni untuk menghindari kehamilan tidak terencana dan untuk mencegah tertularnya HIV/AIDS. Fungsi utama dari alat tersebut cukup positif karena dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit kelamin yang dapat merugikan kesehatan manusia.

Namun sangat disayangkan ketika pemahaman masyarakat terhadap fungsi kondom masih dinilai rendah. Stigma negatif masih melekat pada kondom ketika alat tersebut beredar bebas di pasaran. Ada beberapa pendapat yang menilai jika kondom disediakan di supermarket dengan harga yang cukup murah, akan menggenjot jumlah perilaku seks bebas di kalangan anak muda yang belum sah menjadi pasangan suami istri secara hukum dan agama. Sepertinya itu hanyalah paradigma lama yang masih bisa diubah. Toh dengan beredarnya kondom di supermarket bukan berarti itu menghalalkan adanya seks bebas dan akan meningkatkan jumlah penyimpangan moral. Karena dengan diedarkannya alat kontrasepsi seperti kondom merupakan pencegahan dini bagi penularan virus HIV/AIDS yang sampai saat ini belum ditemukan obat penawarnya. Jika berbicara moral, bukan berarti kondom yang dijadikan kambing hitamnya (objek kesalahan), karena moral tentunya ada di tiap nurani manusia, tinggal bagaimana manusia tersebut menggali potensi nurani yang dimilikinya.

Kurangnya tingkat kesadaran dan pemahaman mengenai fungsi alat tersebut, menimbulkan jumlah aborsi yang terus meningkat. Oleh karena itu, penyuluhan tentang pentingnya kondom harus lebih ditingkatkan agar stigma buruk yang melekat pada kondom bisa diluruskan. Pengikisan stigma negatif tentang peredaran kondom pun tidak bisa dilakukan parsial, tapi harus secara keselurahan dan berkelanjutan.

Hal itu dimaksudakan agar pemahaman mengenai pemakaian kondom bisa dimiliki tanpa ada keraguan yang tak beralasan dari masyarakat. Penyuluhan tentang kondom pun bisa dikatakan sebagai salah satu program pendidikan seks, dimana masyarakat diberikan perluasan wacana baru yang berhubungan dengan pencegahan praktek aborsi yang sifatnya ilegal.Semakin rutin pemerintah memberikan penyuluhan, maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran dari pihak masyarakat, dan stigma negatif mengenai penggunaan kondom pun bisa terkikis

Friday 14 December 2007

ada ide baru.....

yups....semua tentang ide

semua tentang apa yang ada di kepala...

semua.................

Resensi "Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial"

Membahas tentang gender memang tak pernah ada habisnya. Banyak kaum kartini yang tidak ingin direndahkan keduduknnya oleh para kaum lelaki. Diskusi dan perdebatan mengenai persamaan gender selalu mewarnai kehidupan para perempuan yang menganggap kaumnya itu sama dengan laki-laki. Kesamaan yang dimaksudkan adalah kesamaan dalam kekuatan, pemikiran dan keinginan kaum perempuan untuk mempunyai peran serta dalam kehidupan yang nyata, hanya kelamin saja yang membedakan diantara keduanya. Dalam kehidupan sehari-hari, peran kaum perempuan dinilai masih sangat kurang mengingat ada kendala utama yakni kaum laki-laki yang lebih mendominasi di segala sektor kehidupan dan memandang kaum perempuan sebagai kaum yang lemah yang tidak bisa disamakan statusnya dengan kaum laki-laki. Selain itu, terlebih lagi budaya patriarkhi yang sudah mengakar dan menjadi dominan dalam kehidupan nyata. Bahkan dalam lingkungan terkecil seperti keluarga pun, nuansa dominasi laki-laki sangat kuat.

Label dan cap yang diberikan pada sosok perempuan sangat kental sebagai orang yang tidak bermanfaat dan terbelenggu pada ketergantungan terhadap kaum lelaki. Doktrin-doktrin yang secara turun temurun telah tertanam sangat alot mempersepsikan bahwa perempuan adalah orang kelas dua yang seharusnya di rumah dan dininabobokan serta dibekukan oleh sifat yang cenderung konsumerisme dan hedonisme.

Dalam bukunya yang berjudul “Kaum Perempuan Dan Ketidakadilan Sosial“, Mahatma Gandhi mencoba menguak sisi kehidupan para perempun yang terinjak-injak harga diri serta martabatnya dihadapan kaum laki-laki. Dalam goresan-goresan tinta yang dituangkan dalam buku ini, Gandhi memaparkan secara gamblang tentang pemikirannya disekitar kaum perempuan dimana kedudukan, peran dan jasa perempuan hanya nol besar atau tanpa nilai, penidasan itu disertai dengan pembekuan peran serta kaum perempuan dalam menghadapi realita sosial oleh laki-laki di sekitarnya. Dalam dunia politik pun, kaum perempuan dianggap haram untuk memainkan perannya. Perempuan dinilai tidak mampu memimpin dan membuat kebijakan karena patron membentuk perempuan sangat tendensius yakni mengutamakan perasaan sehingga jauh dari sikap rasionalitas. Persepsi negative tersebut dibantah oleh Gandhi yang notabene gigih membela kaum perempun yang selama ini terbelenggu pada budaya patriarkhi.

Selain itu, buku ini pun membongkar tentang konsep budaya patriarkhi yang telah menjustifikasi perempuan sebagai mahluk yang menciptakan mitos sangat luar biasa kuat. Gandhi menilai bahwa perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dalam mengatur kesejahteraan manusia sehingga masih ada kesempatan dan peluang yang cukup lebar bagi kaum perempuan untuk mengapresiasikan dan mengaktualisasikan peran dan kedudukannya di mata dunia khususnya di mata para kaum laki-laki.

Buku ini mempunyai beberapa keunggulan yakni penjelasan secara gamblang tentang kaum perempuan yang didominasi oleh kaum laki-laki serta penindasan yang dialaminya, gaya penulisannya pun mudah dibaca. Namun, tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan buku ini, masih terdapat kelemahan yakni tulisan-tulisannya yang dikemas dalam bentuk artikel membuat para pembaca menjadi bosan karena terlalu didominasi oleh opini-opini saja. Selamat membaca**

Friday 30 November 2007

Diskusi Seruuuuu......

Jum'at, 30 November 2007.....

Halaman belakang Toko Buku Ultimus dipenuhi sekelompok orang2...ternyata mereka mau ikutan diskusi yg sedang digelar...

Tema yang cukup menarik. Tentang kaum homo dan lesbian, juga waria. Wah2, saya jadi tercengang hebat ketika melihat komunitas mereka tampil cukup buka-bukaan alias jujur abissss di depan publik...

Saya sempat kagum dengan sosok perempuan tomboy berambut cepak plus kaca mata kotak yang nangkring di kelopak matanya....saya pikir dia "perempuan seperti saya yang suka laki-laki". Tapi...DAMN....ternyata dia seorang lesbian dan posisi dalam dunia lesbinya adalah sebagai "fam".....

Yah....gagal deh saya kagum dengan gaya slengeannya. mungkin itu dunianya, dunia yang bikin dia nyaman....meskipun orang2 banyak yang memandang sebelah mata, namun apa boleh dikata, mereka sungguh menikmati statusnya yang sampe saat ini pun belum dipayungi oleh hukum formal dari pemerintah. Kadang

Saya suka ngerasa sedih dengan kaum minoritas kaya mereka dan pengen banget bantu mereka untuk mendaptkan hak2nya sebagai manusia juga, tapi da kumaha ateuuhhh???? Hese pisann.....yang ada saya jadi malah takut ketularan.....huh...jangan sampe deh....da abdi teh masih normal...(",)

Asli deh,,diskusi semalem asik banget...rame dan banyak hal2 baru yang saya dapet (misalnya bahasa panggilan buat pasangan neng lesbi,,,hehehe)

Okay.....akhir kesimpulan saya dapatkan. Ternyata yang namanya kaum minoritas alias kelompok marginal sulit sekali mendapatkan kebebasan dalam lingkungannya, karena masyarakat masih mengaggap mereka sebagai kaum penyimpang ajaran agama dan dalam tatanan sosial. Mungkin dengan adanya komunitas2 untuk kaum mereka, hak2 itu bisa segera dimilki. Tapi kalo kata saya sih, itu butuh waku yang lama. ....


SALAM PERJUANGAN

Thursday 29 November 2007

Gagal posting nih.....

hi bloggers.....sayah sedang lieur nih....mau posting tulisan tapi ko' jadi gelap semua???

jadi ilang deh tulisannya.....kan jengkeeeeellll...

kasih masukan duk,,,gmn caranya.....

thnks yooo

Ketika dia menyapa.....

Di minggu pagi yang cerah,
separuh denyut nadi masih berdetak cukup kencang,
aku harap itu milikmu,
tapi ternyata bukan.

ketika ada sapaan cinta yang datang,
kuterimakan sebagai anugerah yang paling utuh,
hanya dia yang datang,
kembali ku dibuatnya bahagia,

inilah sapaan lembut dari goresan lidah penuh harga
ternyata nilai cinta yang melukisnya,
hingga ini terjadi,
untuk kembali kubenahi....

Tuesday 27 November 2007

WISATA SPIRITUAL DI KOMPLEK PEMAKAMAN KESULTANAN BANTEN

Makam kesultanan Banten yang letaknya satu komplek dengan Mesjid Agung dan menara Banten telah dijadikan situs sejarah di masa penjajahan beberapa abad yang lalu. Tidak jauh dari komplek pemakaman, kira-kira 100 Meter (M), terdapat bekas Keraton Kesultanan Banten yang kini tinggal puing-puing bangunannya saja. Meski hanya menyisakan puing-puingnya, nilai historis yang terdapat pada bangunan tersebut menandakan bahwa kerajaan Banten di masa silam mempunyai andil yang cukup besar bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Untuk mengenang jasa para pejuang yang telah gugur di medan pertempuran, komplek keraton dan pemakaman Kesultanan Banten dijadikan tempat wisata rohani oleh masyarakat sekitar.

Selain pengunjung dari luar daerah, banyak masyarakat Banten yang rutin melakukan ritual untuk berziarah ke pemakaman tersebut. Komplek pemakaman Sultan Maulana Hasanudin letaknya berdekatan dengan makam sultan-sultan besar Banten lainnya seperti makan Sultan Ageng Tirtayasa yang terlihat sangat ramai dikunjungi peziarah. Biasanya ritual nyekar (menebar kembang diatas kuburan-Red) atau ziarah ke makam kesultanan ramai dikunjungi pada hari-hari tertentu, namun hari biasa pun tak urung tempat tersebut selalu ramai didatangi oleh para pengunjung dari dalam maupun luar daerah. Komplek pemakaman Kesultanan Banten yang keseluruhannya mempunyai luas sekitar tiga hektare ini terletak di daerah Banten Lama dan mempunyai corak sejarah yang masih melekat pada struktur bangunan yang terlihat kuno, dengan melihat sekilas pun kita akan menilai umur peninggalan itu sangatlah tua. Karena keunikan struktur bangunan yang masih terlihat sangat antik, tak sedikit masyarakat atau pengunjung yang menjadikan area tersebut sebagai tempat berwisata karena tepat di sebelah timur pemakaman terdapat menara Banten.

Menara yang tingginya sekitar 75 M tersebut oleh pengunjung digunakan untuk melihat pemandangan alam yang kian mempesona dinikmati dari ketinggian menara tersebut. Selain menara Banten dan area pemakaman, puing-puing bekas keraton kesultanan Banten kerap dijadikan objek wisata karena keunikan bangunannya.

Saat memasuki kawasan Banten lama, di pinggir jalannya bejejer kios-kios yang menjajakan keperluan ziarah seperti tasbih, kerudung, kopiah dan kembang-kembangan. Selain menjajakan keperluan ziarah, kios-kios itu pun menjual aneka makanan dan oleh-oleh khas daerah Banten. Begitulah masyarakat sekitar menggantungkan hidupnya. Pemandangan lain yang terlihat saat memasuki komplek pemakamanadalah hilir-mudik pengunjung yang datang untuk berziarah atau sekedar berrekreasi.

Siang itu, bubar jum’atan, kawasan pemakaman terlihat lebih ramai. Seorang lelaki setengah baya, dengan tubuh agak gemuk, terlihat duduk di pinggiran makam. Sesekali Ia mempersilahkan para pengunjung memasuki pemakaman utama yakni makam Sultan Maulana Hasanudin dan Sultan Abulmufakhir beserta keturunannya. Setelah menyampaikan maksud kedatangan saya, dengan ramah Ia mempersilahkan saya untuk duduk tepat di samping batu nisan makam putera kesultanan Banten. Tak lama kemudian, kami-pun berbincang-bincang. Lelaki itu bernama Suhaemi, lebih akrab disapa Abah Suhaemi (40), beliau adalah salah satu penduduk asli yang ikut andil dalam perawatan komplek pemakaman Sultan-Sultan Banten.

“Saya sudah lumayan lama juga sih ngurus area pemakaman ini, ya kira-kira sudah dua puluh tahunan lah,” tutur ayah sepuluh anak itu.

Beliau menjelaskan bahwa perawatan tempat tersebut (komplek pemakaman) dilakukan oleh masyarakat sekitarnya. Untuk renovasi bangunan-bangunan yang sudah agak rapuh, beliau mengatakan belum sepenuhnya dilakukan terhadap area pemakaman tersebut. “Dari dulu sampai sekarang, tempat pemakaman Kesultanan Banten ini belum dibangun sepenuhnya, paling cuma diperbaiki bagian-bagian yang rusaknya saja seperti genteng-genteng yang disebelah sana,” jelasnya sambil menunjuk ke arah selatan. Selain renovasi pada bagian atap, pemasangan pagar pun dilakukan. namun hanya makam Sultan Maulana Hasanudin beserta anggota keluarganya saja. Menurut keterangan abah, pemasangan pagar dilakukan pada tahun 1986. Tujuanya agar tempat pemakaman utama terlihat lebih rapih, juga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Komplek pemakaman yang terdiri dari makam Sultan-Sultan Banten beserta keturunannya tersebut memiliki dua tempat pemakaman utama yaitu makam Sultan Maulana Hasanudin dan makam Sultan Abulmufakhir, kedua makam besar itu dijadikan tempat pemakaman utama yang dikunjungi oleh masyarakat selain makam-makam Sultan lainnya. Makam dua sultan itulah yang sering diziarahi. menurut Abah Suhaemi masyarakat mengutamakan untuk berziarah ke dua tempat pemakaman utama dan mereka (pengunjung-red) lebih sering mengunjungi makam-makam pada hari-hari tertentu. “Tempat pemakaman di Banten ini biasanya lebih ramai dikunjungi setiap setahun empat kali. Bulan Maulud, Bulan Syawal, Idul Adha dan menjelang Ramadhan, tapi biasanya di bulan Rajab pun tempat ini ramai karena sering mengadakan acara-acara Islam seperti dakwah atau ceramah keagamaan, dan acara itu pun dihadiri oleh masyarakat sekitar dan sebagian keturunan sultan-sultan Banten atau biasa disebut sebagai duriat,” jelasnya.

Seperti yang dikatakan oleh Rezky (19), pengunjung yang sering datang ke Banten untuk berziarah, ia menjelaskan bahwa dirinya sering sekali melakukan ziarah ke makam Banten di bulan-bulan tertentu. ”Waktu SMA sering melakukan ziarah di bulan maulud untuk hadarat (berdo’a-Red) ke makam-makam, seperti makam Sultan Maulana Hasanudin dan Ki Jantra. Biasanya ziarah sama teman dan anak-anak santri,” ujarnya.

Komplek pemakaman Kesultanan Banten banyak dikunjungi karena selain mempunyai banyak keunikan struktur bangunannya, juga dipercaya bila melakukan ritual ziarah dan berdo’a di komplek pemakaman kesultanan tersebut, niscaya permohonan serta do’anya Insya Allah dapat dikabulkan. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa pengunjung, mereka sering datang untuk memohon sesuatu dan mereka yakin permohonannya akan dikabulkan Tuhan.

Banyaknya pengunjung yang datang memberikan nilai positif bagi kelestarian nilai sejarah yang ada di daerah Banten Lama. Tidak sedikit pengunjung dari luar kota melakukan berbagai kegiatan, seperti meliput karena dinilai meupakan salah satu tempat yang mempunyai nilai sejarah tinggi.

Areal pemakaman yang cukup luas itu dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian pemakaman utama berada di dalam ruangan dan makam para pengawal serta kerabat lainnya berada di luar ruangan. Setiap tahunnya pengunjung kian bertambah, perluasan tempat berziarah pun dilakukan, yang tentunya membutuhkan biaya cukup besar. Karena keterbatasan dana, pembangunan atau pelebaran pemakaman tidak maksimal dan terhambat. Hal ini dibenarkan oleh Abah Suhaemi. “Untuk merenovasi ruangan ini dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan biaya pelebaran tempat ini hanya di dapat dari infak dan sodaqoh para peziarah saja, jadinya pembangunan area pemakaman ini kurang maksimal dan memuaskan,” jelasnya. Menurut Abah Suhaemi, infak atau soda’qoh pengunjung di alokasikan untuk 3 hal, yaitu untuk biaya kebersihan, menjaga dan merawat area pemakaman, dan untuk biaya perbaikan bangunan yang rusak.

Sangat disayangkan Pemerintah Daerah (Pemda) kurang memberikan perhatian dan bantuan khusus pada tempat yang memiliki nilai sejarah tinggi itu. “Dari Pemda setahu saya belum pernah memberikan bantuan berupa materi untuk merenovasi tempat ini, paling juga cuma ngasih perhatian batin seperti masalah sampah yang mengotori ruas jalan supaya dibersihkan,” ungkap Abah sambil merapihkan kopeahnya. Menurutnya, area pemakaman yang cukup memberikan nilai historis tinggi bagi daerah tersebut pernah mendapatkan bantuan dana, itu pun didapat dari perusahaan atau pihak swasta seperti Pertamina. Pertamina sering mengadakan kunjungan ke pemakaman untuk memberi bantuan dana bagi pembangunan dan peluasan area pemakaman. Selain itu mereka pun aktif memantau dan memberikan perhatian mengenai kebersihan. Sama halnya Pemda, Pihak swasta menginginkan tempat tersebut terlihat lebih rapih dan tidak ada sampah-sampah yang masih berserakan di tepi jalan masuk pemakaman.

Abah Suhaemi yang mempunyai mata pencaharian sebagai pemain gambus panggilan, menjelaskan bahwa sejauh ini untuk meminimalkan sampah-sampah yang berserakan di tepi jalan, penduduk setempat yang ikut andil dalam pemeliharaan area itu melakukan langkah-langkah seperti pemindahan warung-warung atau kios-kios di tepi jalan untuk pindah ke lahan kosong yang ada supaya sampah dari tempat berjualan tersebut tidak berserakan di ruas jalan masuk. Kurangnya partisipasi atau pantauan dari Pemda setempat membuat para penduduk terdekat merasa kecewa, karena menurut beliau tempat-tempat bersejarah seperti itu patut untuk dijaga dan dilestarikan karena mempunyai nilai sejarah tinggi dan bermakna khususnya bagi Provinsi Banten. “Saya sih berharap pemerintah setempat bisa memberikan perhatian yang lebih untuk area ini karena tempat ini kan memiliki makna sejarah yang cukup tinggi,” tegasnya mengakhiri obrolan.

hiduP Persma...

to all BPPM's crew...tetep semangat ya...khususnya untuk pengurus yang sekarang...
buktikan kalau kita mampu membawa BPPM pada perubahan yang lebih baik..

saya liat seKarang tMn2 BPPM udah mulai antusias untuk bikin blog...yaaaa itun2 buat unjuk gigi bahwa tmn2 mampu menulis dan siap dikomentari...ok..

saya tetap berharap semangat tmn2 pengurus '07-'08 tidak pernah pudar....
Semangatttttt......

Nb: ayooo..kita lomba edit blog dan perbanyak tulisan dsini...heehehehe

Monday 26 November 2007

Fenomena kelompok lesbian dan homoseksual


Keberadaan Kaum lesbian dan homo memang sudah tidak asing lagi didengar dan dilihat. Karena tidak sedikit komunitas itu dengan bangganya menunjukkan eksistensinya dihadapan publik. Sungguh tak biasa jika orang awam yang melihat dan menilainya, tapi fenomena yang tersaji adalah mereka-mereka yang mengaku berlesbian dan homo tersebut tidak merasa ragu mengatakan dan memamerkan kedekatan emosional mereka didepan publik. Di Indonesia, sekelompok lesbian dan homo tidak tanggung-tanggung mempublikasikan komplotannya ke masyarakat dengan cara membentuk komunitas lesbian atau gay. Rasa malu sudah tidak lagi menjadi penghalang, bahkan kaum mereka lebih bangga mempertahankan status bias gendernya kepada publik. Sebetulnya perkataan homosexual diterjemahkan secara harfiah adalah “sama gender" yang merupakan gabungan prefix Yunani, homo berarti "sama" dan asas Latin sex berarti "seks." Istilah homosexual pertama kali diterbitkan secara bercetak dalam pamflet Jerman yang diterbitkan pada 1869 secara tanpa nama yang ditulis oleh novelis Karl-Maria Kertbeny, kelahiran Austria. Cukup beragam faktor-faktor penyebab dari munculnya sekelompok orang yang mengaku dan menunjukkan status mereka sebagai seorang homo atau lesbian. Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan seseorang itu menjadi homoseksual atau lesbian. Faktor yang paling utama adalah faktor keluarga, pengalaman atau trauma yang dialami pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak tersebut. Misalnya pada saat anak tersebut dikasari oleh ibu atau bapaknya dan kurangnya sentuhan kasih sayang yang diberikan orang tua pada anaknya sehingga si anak beranggapan bahwa semua lelaki atau perempuan itu dapat bersikap kasar dan mudah bertindak brutal yang memungkinkan anak tersebut benci pada golongan itu. Selain faktor keluarga, faktor lingkungan pergaulan pun memiliki kemungkinan dapat mempengaruhi seseorang menjadi gay atau lesbian, misalnya orang tersebut terlalu sering bergaul dengan kelompok lesbi atau homo sehingga dia pun merasa tertarik dan ingin bergabung secara mendalam dengan kelompok lesbi atau gay tersebut. Faktor lain yang bisa dikatakan sebagai faktor pendorong seseorang menjadi lesbian atau homo adalah faktor biologis. Homoseksual adalah keadaan pernyataan perasaan yang semula jadi menyebabkan seseorang itu mempunyai nafsu terhadap kaum sejenis. Perasaan dan nafsu tersebut merupakan hasil yang disebabkan oleh bahan kimia dan hormon yang dikeluarkan dalam badan (luar kawalan).

Selain itu adanya keinginan perasaan yang harmoni untuk mendominasi hawa nafsunya dalam lingkup sexual. Namun pendapat ini masih dalam perbincangan dan tidak dapat dibuktikan secara menyeluruh oleh pakar dalam bidangnya. Faktor-faktor itulah yang menjadi kemungkinan besar seseorang terjerumus ke dalam pergaulan menyimpang. Bagi kelompok lesbian atau homo, perilaku tersebut bukanlah hal yang menyeramkan atau bahkan bukan sesuatu hal yang dapat merugikan orang lain. Sebagian dari mereka beranggapan bahwa keberadaannya sama sekali bukan untuk mengganggu kehidupan orang lain yang normal tapi hanya untuk memuaskan hasrat seksualnya dengan sesama jenis. Namun perspektif masyarakat yang memandang kaum mereka cukup beragam, perbedaan pandangan itulah yang kini banyak muncul dipermukaan. Misalnya dari kalangan agama, sebagian pakar mempercayai bahawa penyakit AIDS dikalangan homoseksual adalah puncak riwayat yang dikisahkan dalam kitab agama Ibrahim. Hal tersebut merujuk kepada perlakuan seks yang cenderung kepada sesama jenis. Homoseksual dikatakan bermula dari zaman Nabi Luth a.s. yang mana ketika itu gejala seks, perkawinan dan percintaan di antara sesama jenis berlaku. Ada beberapa ayat yang mengatakan tentang hal tersebut, misalnya dalam Ayat 80 Surah Al-A’raf (7), mengatakan, “Dan Nabi Lut juga (Kami utuskan). Ingatlah ketika ia berkata kepada kaumnya: `Patutkah kamu melakukan perbuatan yang keji, yang tidak pernah dilakukan oleh seorang pun dari penduduk alam ini sebelum kamu?”. Ayat 81 bermaksud, “Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk memuaskan nafsu syahwat kamu dan meninggalkan perempuan, bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” Itulah sedikit ulasan dari segi agama, selain itu aktivitas homoseksual dianggap oleh sebagian orang sebagai pemusnah kekuatan moral masyarakat, kegiatan dari hubungan sesama jenis tersebut dinilai mencacatkan budaya dan kesatuan masyarakat. Karena itulah golongan homoseksual sering dikaitkan dengan sesuatu yang tidak normal sehingga tidak layak menerima hak-hak istimewa dari masyarakat sekitarnya. Mereka terkadang dipinggirkan tanpa adanya penjelasan yang kukuh dan jelas. Masyarakat pun tidak sedikit yang menilai bahwa golongan homoseksual dan lesbian dapat mencerminkan kemunduran dan keruntuhan moral masyarakat karena dapat membunuh karakter keluarga yang bersangkutan. Selain itu, kaum lesbian atau gay dituding sebagai pusat penyebaran penyakit AIDS atau penyakit kelamin lainnya yang dapat mengancam kesehatan masyarakat atau orang lain yang ada disekitarnya.

Walaupun jangkitan AIDS disebabkan oleh pelbagai faktor, tetapi golongan homoseksual sering dijadikan penyebab utama sehingga mereka harus bertanggungjawab terhadap gelaja kurang sehat dan pelbagai masalah kesehatan lainnya. Hal itulah yang dapat mendiskriminasi kaum gay atau lesbian sehingga timbullah kecemburuan sosial antara golongan homoseksual dengan yang normal. Keberadaan komunitas homoseksual pun memungkinkan adanya sikap mengucilkan dari masyarakat sekitarnya. Itulah sedikit gambaran tentang fenomena homoseksual dan kaum lesbian yang tersaji di hadapan publik. Meskipun masyarakat secara terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada komunitas tersebut, tapi mereka masih merasa percaya diri dengan statusnya yang dianggap bias oleh masyarakat. Kenyataan mengatakan bahwa kaum mereka saat ini masih dimarginalkan karena tidak ada aturan atau ketentuan yang menghalalkan mereka untuk mengeksistensikan keberadaan komunitasnya dengan bebas dan tidak ada payung hukum yang menyertai aktivitas mereka di lingkungan masyarakat.**

saTu yang biaS

Diam!!!

Itu yang diteriakkan.

Tidak boleh ada yang bicara.

Semua bungkam, bisu mendadak.

Hak-haknya dirampas secara paksa.

Dibabi buta oleh mereka yang meraja.

Semua diam tak bicara.

Ingin berontak, tapi senapan merangkak di kepala.

Busuk,

Biadab.

Semua pura-pura, menarik hati sang pemuja.

Tapi, kenyataan berkata tak serupa.

Monyet-monyet itu kini tertawa,

dia bebas berkuasa!!

Semua memang aneh………..

Thursday 15 November 2007

nirza

Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang sudah ada sejak dulu. Pada masa penjajahan, masyarakat hidup dibawah garis kemiskinan jumlahnya sangat banyak bahkan hampir seluruh warga Indonesia hidup serba kekurangan. Wajar jika mereka atau bangsa kita hidup miskin pada saat itu, karena tatanan pemerintahan belum stabil, baik itu dibidang politik, ekonomi, sosial dan budaya terutama disektor ekonomi yang sangat memprihatinkan. Banyak masyarakat yang masih mengantri sembako saat itu, memang sungguh ironis sekali jika melihat kenyataan bahwa negara Indonesia yang kaya akan sumber daya alam harus rela mengantri dengan antrian panjang hanya untuk mendapatkan sekantung beras. Tapi memang itulah yang terjadi, kita hidup dibawah penjajahan bangsa kulit putih yang sangat kejam.

Masalah kelaparan menjadi permasalahan utama bagi pemerintah kita karena banyak anak-anak yang menderita busung lapar pada saat itu. Pemerasan tenaga yang berlebihan oleh para penjajah pun membuat kita terpuruk pada suatu penderitaan yang panjang. Kekejaman mereka (para penjajah) bukan hanya sebatas pemerasan tenaga kita secara paksa, namun mereka pun menyabotase sumber daya alam yang amat melimpah itu dengan tamak. Penderitaan yang bangsa Indonesia alami pada saat itu memang sangat menyedihkan karena selain mereka menderita kelaparan dan hidup dibawah garis kemiskinan, mereka pun tidak diberi kesempatan untuk mengenyam dunia pendidikan yang memegang peranan penting namun pada saat itu masalah pendidikan dipandang sangat tidak penting oleh warga kita dan hal itu haruslah dimaklumi karena memang pemikirannya belum jauh mengacu pada perihal pendidikan karena jangankan untuk sekolah, untuk mendapatkan sesuap nasi pun rasanya sulit, jadi wajar saja jika mereka agak mengesampingkan masalah pendidikan yang sebetulnya sangat penting, tapi memang seperti itulah keadaan bangsa kita pada saat itu, mereka terlalu sabar untuk diperbudak oleh kekejaman dan kebiadaban para penjajah tersebut. Tapi yang jelas jangan salahkan masyarakat awam tersebut karena keterbelakangannya, bangsa Indonesia versi jaman penjajahan memang jauh tertinggal dalam hal pendidikan bahkan mereka butuh uang bukan untuk sekolah tapi hanya untuk mendapatkan pengganjal perut yang memang pada saat itu sangat sulit mendapatkan makanan yang layak makan. Akibat fatal tersebut bukan disebabkan oleh mereka yang bersikap pasif menyikapi masalah pendidikan namun karena kurangnya fasilitas yang memadai dan bahkan bisa dikatakan sangat minim. Seperti yang telah diungakapkan diatas, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam namun cara pengelolaannya kita masih jauh tertinggal dan hal itu yang menyebabkan kita mudah dijajah oleh bangsa asing.

Kurang terampilnya bangsa Indonesia mengelola kekayaan alam, dianggap memberi aba-aba kepada para penjajah yang berotak licik itu untuk menguasai harta waris nenek moyang kita, sehingga dengan mudahnya mereka menyusup ke Indonesia yang terdiri dari banyak pulau ini. Dengan siasat yang sedikit demi sedikit mereka terapkan pada cara mereka dan akhirnya dengan mudah menguasai bangsa kita yang pada saat itu lengah dan terbuai oleh bujuk rayu bangsa penjajah yang banyak mengiming-imingi bangsa Indonesia dengan banyak hal, namun pada akhirnya itu hanya siasat busuk mereka saja untuk menutupi maksud jelek nya. Hingga akhirnya bangsa kita terpuruk dalam kurun waktu 3,5 abad lamanya dibawah tekanan dan intervensi para penjajah dalam banyak hal, namun karena perjuangan bangsa Indonesia yang keras untuk keluar dari cengkraman bangsa kulit putih yang biadab itu, rakyat Indonesia mulai melakukan perlawanan yang panjang dan sampai akhirnya kita bisa lolos dari masa penjajahan dan kita masuk pada masa pemerintahan kita yang sebenarnya.

Sekarang yang jadi permasalahan bangsa Indonesia saat ini adalah masalah kemiskinan dan pendidikan formal yang tidak merata. Kita sudah lama bebas dari penjajahan bangsa kulit putih namun masalah busung lapar atau kemiskinan dan pendidikan masih menjadi masalah utama bagi kita dan sebenarnya keadaan ekonomi dan politik negara Indonesia saat ini pun belum sepenuhnya pulih dan tidak jauh berbeda dengan keadaan di masa penjajahan namun dengan usaha dan kegigihan para pemimpin kita, seharusnya rakyat Indonesia jangan pernah mengalami mimpi buruk di masa lalu, sehingga pemerintahan yang sekarang ini yakni pemerintahan Sby-Kalla seharusnya pemulihan-pemulihan diberbagai bidang dilakukan dengan baik dan jangan hanya berjanji pada saat menjelang pemilihan presiden saja. Seperti di masa penjajahan dulu, bangsa Indonesia mengalami masalah kelaparan yang berkepanjangan sehingga muncul penyakit busung lapar, hal ini pun masih saja terjadi pada bangsa Indonesia pasca penjajahan. Seperti di daerah lombok yang masyarakatnya masih banyak mengalami busung lapar, terlebih lagi anak-anak yang masih balita.

Sangat ironis sekali kedengarannya, karena kenyataannya mimpi buruk itu masih kita alami yakni dalam hal kemiskinan dan masalah busung lapar. Dengan begitu secara tak langsung Indonesia dapat dikatakan masih terjajah dalam hal pemerataan kemakmurannya. Tak sedikit dari masyarakat Indonesia pun yang hidup serba berkecukupan bahkan bisa dibilang berlebihan, namun dibalik itu semua, masyarakat Indonesia masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Banyak dari masyarkat Indonesia yang hanya mengenal pendidikan formal sebatas pendidikan dasar saja dan ada pula yang sama sekali tidak mengenyam bangku sekolah. Hal itu pun membuktikan bahwa rakyat Indonesia masih belum mampu keluar dari jaman penjajahan namun dalam hal ini penjajahan dalam arti yang bukan sebenarnya.

Sekarang yang jadi permasalahan adalah bagaimana cara menghapuskan kemiskinan dan ketidak berpihakkan pendidikan pada masyarakat yang tidak mampu, apakah pemerintah akan terus mensubsidi dana untuk pendidikan dan menerapkan sistem pendidikan gratis bagi masyarakat yang kurang mampu ataukah pemerintah hanya menggembar-gemborkan hal itu saja tanpa adanya perealisasian yang jelas dan pasti, semua itu memang sudah menjadi program utama pemerintah dan kita pun sebagai masyarakat Indonesia sudah sepantasnya tahu tentang langkah-langkah apa yang pejabat tinggi kita lakukan karena sesunguhnya langkah tepat atau tidak tepatnya yang mereka lakukan adalah sesuatu yang akan menentukan nasib jutaan rakyat Indonesia khususnya rakyat yang kurang beruntung.**

sebuah renungan.....

hidup hanya sebuah jembatan sementara...
kadang terpikir untuk melepaskan semua atribut duniawi yang tidak permanen ini....
tapi kita sadari bahwa itu merupakan salah satu alat berharga yang bisa dijadikan amunisi dalam berperang melawan kemalasan untuk terus berkembang.....
saya sempat merenungi hal itu..sebenarnya hidup ini untuk apa???
apakah ini hanya pertanyaan saya, atau semua orang yang masih bernyawa pun punya pertanyaan yang sama?

Wednesday 27 June 2007

introducing.................

hi...send u'r comment for my new blog....hehe....