Tuesday 27 November 2007

WISATA SPIRITUAL DI KOMPLEK PEMAKAMAN KESULTANAN BANTEN

Makam kesultanan Banten yang letaknya satu komplek dengan Mesjid Agung dan menara Banten telah dijadikan situs sejarah di masa penjajahan beberapa abad yang lalu. Tidak jauh dari komplek pemakaman, kira-kira 100 Meter (M), terdapat bekas Keraton Kesultanan Banten yang kini tinggal puing-puing bangunannya saja. Meski hanya menyisakan puing-puingnya, nilai historis yang terdapat pada bangunan tersebut menandakan bahwa kerajaan Banten di masa silam mempunyai andil yang cukup besar bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Untuk mengenang jasa para pejuang yang telah gugur di medan pertempuran, komplek keraton dan pemakaman Kesultanan Banten dijadikan tempat wisata rohani oleh masyarakat sekitar.

Selain pengunjung dari luar daerah, banyak masyarakat Banten yang rutin melakukan ritual untuk berziarah ke pemakaman tersebut. Komplek pemakaman Sultan Maulana Hasanudin letaknya berdekatan dengan makam sultan-sultan besar Banten lainnya seperti makan Sultan Ageng Tirtayasa yang terlihat sangat ramai dikunjungi peziarah. Biasanya ritual nyekar (menebar kembang diatas kuburan-Red) atau ziarah ke makam kesultanan ramai dikunjungi pada hari-hari tertentu, namun hari biasa pun tak urung tempat tersebut selalu ramai didatangi oleh para pengunjung dari dalam maupun luar daerah. Komplek pemakaman Kesultanan Banten yang keseluruhannya mempunyai luas sekitar tiga hektare ini terletak di daerah Banten Lama dan mempunyai corak sejarah yang masih melekat pada struktur bangunan yang terlihat kuno, dengan melihat sekilas pun kita akan menilai umur peninggalan itu sangatlah tua. Karena keunikan struktur bangunan yang masih terlihat sangat antik, tak sedikit masyarakat atau pengunjung yang menjadikan area tersebut sebagai tempat berwisata karena tepat di sebelah timur pemakaman terdapat menara Banten.

Menara yang tingginya sekitar 75 M tersebut oleh pengunjung digunakan untuk melihat pemandangan alam yang kian mempesona dinikmati dari ketinggian menara tersebut. Selain menara Banten dan area pemakaman, puing-puing bekas keraton kesultanan Banten kerap dijadikan objek wisata karena keunikan bangunannya.

Saat memasuki kawasan Banten lama, di pinggir jalannya bejejer kios-kios yang menjajakan keperluan ziarah seperti tasbih, kerudung, kopiah dan kembang-kembangan. Selain menjajakan keperluan ziarah, kios-kios itu pun menjual aneka makanan dan oleh-oleh khas daerah Banten. Begitulah masyarakat sekitar menggantungkan hidupnya. Pemandangan lain yang terlihat saat memasuki komplek pemakamanadalah hilir-mudik pengunjung yang datang untuk berziarah atau sekedar berrekreasi.

Siang itu, bubar jum’atan, kawasan pemakaman terlihat lebih ramai. Seorang lelaki setengah baya, dengan tubuh agak gemuk, terlihat duduk di pinggiran makam. Sesekali Ia mempersilahkan para pengunjung memasuki pemakaman utama yakni makam Sultan Maulana Hasanudin dan Sultan Abulmufakhir beserta keturunannya. Setelah menyampaikan maksud kedatangan saya, dengan ramah Ia mempersilahkan saya untuk duduk tepat di samping batu nisan makam putera kesultanan Banten. Tak lama kemudian, kami-pun berbincang-bincang. Lelaki itu bernama Suhaemi, lebih akrab disapa Abah Suhaemi (40), beliau adalah salah satu penduduk asli yang ikut andil dalam perawatan komplek pemakaman Sultan-Sultan Banten.

“Saya sudah lumayan lama juga sih ngurus area pemakaman ini, ya kira-kira sudah dua puluh tahunan lah,” tutur ayah sepuluh anak itu.

Beliau menjelaskan bahwa perawatan tempat tersebut (komplek pemakaman) dilakukan oleh masyarakat sekitarnya. Untuk renovasi bangunan-bangunan yang sudah agak rapuh, beliau mengatakan belum sepenuhnya dilakukan terhadap area pemakaman tersebut. “Dari dulu sampai sekarang, tempat pemakaman Kesultanan Banten ini belum dibangun sepenuhnya, paling cuma diperbaiki bagian-bagian yang rusaknya saja seperti genteng-genteng yang disebelah sana,” jelasnya sambil menunjuk ke arah selatan. Selain renovasi pada bagian atap, pemasangan pagar pun dilakukan. namun hanya makam Sultan Maulana Hasanudin beserta anggota keluarganya saja. Menurut keterangan abah, pemasangan pagar dilakukan pada tahun 1986. Tujuanya agar tempat pemakaman utama terlihat lebih rapih, juga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Komplek pemakaman yang terdiri dari makam Sultan-Sultan Banten beserta keturunannya tersebut memiliki dua tempat pemakaman utama yaitu makam Sultan Maulana Hasanudin dan makam Sultan Abulmufakhir, kedua makam besar itu dijadikan tempat pemakaman utama yang dikunjungi oleh masyarakat selain makam-makam Sultan lainnya. Makam dua sultan itulah yang sering diziarahi. menurut Abah Suhaemi masyarakat mengutamakan untuk berziarah ke dua tempat pemakaman utama dan mereka (pengunjung-red) lebih sering mengunjungi makam-makam pada hari-hari tertentu. “Tempat pemakaman di Banten ini biasanya lebih ramai dikunjungi setiap setahun empat kali. Bulan Maulud, Bulan Syawal, Idul Adha dan menjelang Ramadhan, tapi biasanya di bulan Rajab pun tempat ini ramai karena sering mengadakan acara-acara Islam seperti dakwah atau ceramah keagamaan, dan acara itu pun dihadiri oleh masyarakat sekitar dan sebagian keturunan sultan-sultan Banten atau biasa disebut sebagai duriat,” jelasnya.

Seperti yang dikatakan oleh Rezky (19), pengunjung yang sering datang ke Banten untuk berziarah, ia menjelaskan bahwa dirinya sering sekali melakukan ziarah ke makam Banten di bulan-bulan tertentu. ”Waktu SMA sering melakukan ziarah di bulan maulud untuk hadarat (berdo’a-Red) ke makam-makam, seperti makam Sultan Maulana Hasanudin dan Ki Jantra. Biasanya ziarah sama teman dan anak-anak santri,” ujarnya.

Komplek pemakaman Kesultanan Banten banyak dikunjungi karena selain mempunyai banyak keunikan struktur bangunannya, juga dipercaya bila melakukan ritual ziarah dan berdo’a di komplek pemakaman kesultanan tersebut, niscaya permohonan serta do’anya Insya Allah dapat dikabulkan. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa pengunjung, mereka sering datang untuk memohon sesuatu dan mereka yakin permohonannya akan dikabulkan Tuhan.

Banyaknya pengunjung yang datang memberikan nilai positif bagi kelestarian nilai sejarah yang ada di daerah Banten Lama. Tidak sedikit pengunjung dari luar kota melakukan berbagai kegiatan, seperti meliput karena dinilai meupakan salah satu tempat yang mempunyai nilai sejarah tinggi.

Areal pemakaman yang cukup luas itu dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian pemakaman utama berada di dalam ruangan dan makam para pengawal serta kerabat lainnya berada di luar ruangan. Setiap tahunnya pengunjung kian bertambah, perluasan tempat berziarah pun dilakukan, yang tentunya membutuhkan biaya cukup besar. Karena keterbatasan dana, pembangunan atau pelebaran pemakaman tidak maksimal dan terhambat. Hal ini dibenarkan oleh Abah Suhaemi. “Untuk merenovasi ruangan ini dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan biaya pelebaran tempat ini hanya di dapat dari infak dan sodaqoh para peziarah saja, jadinya pembangunan area pemakaman ini kurang maksimal dan memuaskan,” jelasnya. Menurut Abah Suhaemi, infak atau soda’qoh pengunjung di alokasikan untuk 3 hal, yaitu untuk biaya kebersihan, menjaga dan merawat area pemakaman, dan untuk biaya perbaikan bangunan yang rusak.

Sangat disayangkan Pemerintah Daerah (Pemda) kurang memberikan perhatian dan bantuan khusus pada tempat yang memiliki nilai sejarah tinggi itu. “Dari Pemda setahu saya belum pernah memberikan bantuan berupa materi untuk merenovasi tempat ini, paling juga cuma ngasih perhatian batin seperti masalah sampah yang mengotori ruas jalan supaya dibersihkan,” ungkap Abah sambil merapihkan kopeahnya. Menurutnya, area pemakaman yang cukup memberikan nilai historis tinggi bagi daerah tersebut pernah mendapatkan bantuan dana, itu pun didapat dari perusahaan atau pihak swasta seperti Pertamina. Pertamina sering mengadakan kunjungan ke pemakaman untuk memberi bantuan dana bagi pembangunan dan peluasan area pemakaman. Selain itu mereka pun aktif memantau dan memberikan perhatian mengenai kebersihan. Sama halnya Pemda, Pihak swasta menginginkan tempat tersebut terlihat lebih rapih dan tidak ada sampah-sampah yang masih berserakan di tepi jalan masuk pemakaman.

Abah Suhaemi yang mempunyai mata pencaharian sebagai pemain gambus panggilan, menjelaskan bahwa sejauh ini untuk meminimalkan sampah-sampah yang berserakan di tepi jalan, penduduk setempat yang ikut andil dalam pemeliharaan area itu melakukan langkah-langkah seperti pemindahan warung-warung atau kios-kios di tepi jalan untuk pindah ke lahan kosong yang ada supaya sampah dari tempat berjualan tersebut tidak berserakan di ruas jalan masuk. Kurangnya partisipasi atau pantauan dari Pemda setempat membuat para penduduk terdekat merasa kecewa, karena menurut beliau tempat-tempat bersejarah seperti itu patut untuk dijaga dan dilestarikan karena mempunyai nilai sejarah tinggi dan bermakna khususnya bagi Provinsi Banten. “Saya sih berharap pemerintah setempat bisa memberikan perhatian yang lebih untuk area ini karena tempat ini kan memiliki makna sejarah yang cukup tinggi,” tegasnya mengakhiri obrolan.

No comments:

Post a Comment

Apply ur commnet here..thanks