Sunday 16 December 2007

Menggerus Stigma Negatif Terhadap Peredaran Kondom


Siapa yang tak mengenal kondom. Barang yang mirip balon dan berukuran mini ini sepertinya sudah tidak asing lagi di ranah masyarakat. Kecuali anak yang masih di bawah usia dewasa, tentunya masih belum mengerti fungsi dan kegunaannya. Kondom adalah suatu alat kontrasepsi yang bekerja dengan cara mencegah sperma bertemu dengan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Lewat promosi gencar yang dilakukan media massa, barang ini laku keras di pasaran. Hal ini semakin mempermudah masyarakat untuk mengenal fisik dan fungsi kondom. Ditambah lagi dengan berbagai terobosan baru dari produsen dengan menciptakan aneka rasa pada tiap lembarannya, sehingga lebih menarik minat masyarakat yang mengkonsumsinya

Himbauan penggunaan kondom bukan saja dilakukan oleh produsennya agar produk yang dihasilkan laku terjual, tapi pihak pemerintah melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN ) pun selalu menggembar-gemborkan pada masyarakat untuk selalu menggunakan kondom tiap kali berhubungan seks. Tentunya ada alasan yang jelas, yakni untuk menghindari kehamilan tidak terencana dan untuk mencegah tertularnya HIV/AIDS. Fungsi utama dari alat tersebut cukup positif karena dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit kelamin yang dapat merugikan kesehatan manusia.

Namun sangat disayangkan ketika pemahaman masyarakat terhadap fungsi kondom masih dinilai rendah. Stigma negatif masih melekat pada kondom ketika alat tersebut beredar bebas di pasaran. Ada beberapa pendapat yang menilai jika kondom disediakan di supermarket dengan harga yang cukup murah, akan menggenjot jumlah perilaku seks bebas di kalangan anak muda yang belum sah menjadi pasangan suami istri secara hukum dan agama. Sepertinya itu hanyalah paradigma lama yang masih bisa diubah. Toh dengan beredarnya kondom di supermarket bukan berarti itu menghalalkan adanya seks bebas dan akan meningkatkan jumlah penyimpangan moral. Karena dengan diedarkannya alat kontrasepsi seperti kondom merupakan pencegahan dini bagi penularan virus HIV/AIDS yang sampai saat ini belum ditemukan obat penawarnya. Jika berbicara moral, bukan berarti kondom yang dijadikan kambing hitamnya (objek kesalahan), karena moral tentunya ada di tiap nurani manusia, tinggal bagaimana manusia tersebut menggali potensi nurani yang dimilikinya.

Kurangnya tingkat kesadaran dan pemahaman mengenai fungsi alat tersebut, menimbulkan jumlah aborsi yang terus meningkat. Oleh karena itu, penyuluhan tentang pentingnya kondom harus lebih ditingkatkan agar stigma buruk yang melekat pada kondom bisa diluruskan. Pengikisan stigma negatif tentang peredaran kondom pun tidak bisa dilakukan parsial, tapi harus secara keselurahan dan berkelanjutan.

Hal itu dimaksudakan agar pemahaman mengenai pemakaian kondom bisa dimiliki tanpa ada keraguan yang tak beralasan dari masyarakat. Penyuluhan tentang kondom pun bisa dikatakan sebagai salah satu program pendidikan seks, dimana masyarakat diberikan perluasan wacana baru yang berhubungan dengan pencegahan praktek aborsi yang sifatnya ilegal.Semakin rutin pemerintah memberikan penyuluhan, maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran dari pihak masyarakat, dan stigma negatif mengenai penggunaan kondom pun bisa terkikis

No comments:

Post a Comment

Apply ur commnet here..thanks